Jumat, 12 Desember 2014

Balada Bakso Bakar


Seorang anak muda tampak kelelahan disamping gerobak Bakso Bakarnya,wajahnya berkeringat dan nampak kusut,sesekali dia menyeka keringat dengan ujung baju,melirik kearah kotak kaca tempat berpuluh tusk bakso disimpan,masih cukup banyak,kemana lagi ia akan menjualnya sementara hari sudah menjelang malam.

Biasanya jam segini dagangannya sudah habis,paling tidak sisa beberapa tusuk saja,namun hari ini lain,entah karena apa dagangannya sepi sekali tak seperti biasanya,mungkin orang-orang sudah mulai bosan dengan bakso bakar?entahlah.Pemuda itu menunduk,apa ini gara gara ia menggunakan pemanggang dengan kompor gas hingga orang mengira kalau membakar dengan cara ini tidak sehat,akan muda ini menggaruk kepalanya yang tidak gatal,ia tidak tahu jawabannya,kalau masalahnya itu rasanya tidak mungkin,soalnya teman-temannya jualannya lancar semua,bahkan ada yang terhitung ramai,500 tusuk sehari!

Perlahan ia bangkit,mendekati gerobaknya,ia sudah memutuskan akan mencoba keliling samai adzan maghrib tiba setelah itu habis atau tak habis ia akan pulang,bagaimanapun ia harus memberi kesempatan pada tubuhnya untuk beristirahat,kalaupun nanti sisa agak banyak akan dibuat menjadi kripik saja seperti satu minggu yang lalu.

Dijalankannya motornya dengan perlahan,sambil sesekali menengok kalau kalau ada orang yang memanggil,dibunyikannya klakson khas orang yang berjualan keliling,tot,tot,tot,berharap ada yang mendengar kemudian membeli baksonya.Ia sudah memutari satu komplek namun belum ada seorangpun pembeli yang tertarik,saat ia sudah hampir putus asa dari jauh terlihat seorang anak kecil berlari sambil melambaikan uang kertas.

“Beli,Bang...dua”anak itu menyorongkan selembar ribuan dengan wajah yang gembira
“Oh,maaf Dik,satu seribu,uang adik hanya cukup untuk membeli satu,satu saja ya”jawab si pemuda ramah.

Anak itu sesaat nampak kecewa namun kemudian tertawa lebar sambil mengangguk,ditunggunya pesanannya sampai siap sambil sesekali mencium aroma bakso bakar yang memang sedap itu.

Di bakarkannya pesanan anak kecil itu,satu tak masalah yang penting disyukuri saja,katanya dalam hati sambil sesekali membolak balik bakso itu agar tidak gosong,setelah siap diangsurkannya pada anak kecil itu yang menerimanya dengan gembira kemudian segera berlari pulang,anak muda itu tersenyum,alangkah senangnya dunia anak kecil,cukup dengan satu tusuk baksoi saja sudah bisa gembira,betapa jauhnya dengan kehidupan orang dewasa yang selalu saja kesulitan utuk bahagia hingga kadang mencarinya dengan cara yang salah.

Ia  baru akan beranjak pulang ketika seseorang berhenti didekatnya,wanita muda dengan jilbab putih bergaris biru khas anak Akper

“Baksonya masih bang?”

“Masih,Mbak”jawab pemuda itu sambil menatap wanita itu,namun segera ditundukkan wajahnya ketika matanya bersirobok dengan gadis itu,semburat merah nampak diwajahnya,namun ia segera menghapusnya

“berapa,Mbak?”tanyanya mengusir debar dihatinya

“Lima puluh tusuk Bang,pedes semua ya”

“sebentar Mbak,saya hitung dulu ada atau tidak segitu”agak buru-buru dihitungnya jumlah baksi bakar yang tersisa,rupanya ada limapuluh enam.

“Alhamdulillah masih cukup,mbak”

“Kasih bonus ya Bang”si cewek berkata agak manja

Pemuda itu jadi salah tingkah,ia memang agak grogi kalau berhadapan dengan wanita 
cantik,berulangkali ia mencoba menghilangkan sifat itu namun rupanya tak mudah.

Ia mengangguk kemudian menyusun bakso dalam panggangan setelah terlebih dahulu membumbuinya,mengoles dengan kecap dan terakhir saus,agak lama proses pembakaran itu karena jumlahnya yang cukup banyak,biasanya ia hanya membakar dua atau tiga,paling banyak duapuluh,untunglah si Mbak cukup sabar menanti,bahkan ia berpesan untuk tak usah buru-buru,sambil memainkan gadgetnya,pasting Bbm an berfikir si pemuda sambil sibuk memasukkan bakso kedalam plastik.


Setelah selesai,dibungkusnya dengan rapi sebelum diserahkan pada pembeli yang cantik itu,diterimanya uang seratusan ribu itu kemudaian menyerahkan kembaliannya sambil mengucapkan terimakasih,gadis itu tersenyum kemudaian segera berlalu bersama motor maticnya,dari kejauhan jilbabnya melambai lambai,membuat si pemuda tersenyum sendiri,kalau saja istriku kelak secantik itu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Berkomentar