Seseorang yang menceritakan padaku suatu yang membuat hati berdesir saat mendengarnya,dengan kepala tertunduk dan sedikit kesedihan yang terlihat dari pandangan matanya yang berkaca kaca.Sesekali tangannya mengusap setitik air mata agar tidak terlihat kalau sedang menangis.Dikuatkan hatinya dan perlahan ia mulai bercerita.
Ia jatuh cinta pada pandangan pertama,seraut wajah terlihat begitu indah dengan tutur kata yang lembut dan menawan,dalam balutan jilbabnya ia terlihat begitu manis apalagi saat ia tersenyum seakan akan waktu terhenti dan ikut tersenyum bersama bunga cinta yang perlahan bermekaran.Gadis itu begitu menarik perhatiannya,entah kenapa.Saat menjelang tidur tak segera matanya terpejam,angannya masih disana bersamanya,mencoba melukis wajah itu dalam hatinya sebisanya,perlahan iapun terlelap saat malam perlahan membuainya dalam mimpi.
Pagi hari saat shubuh menjelang ia terbangun dengan perasaan kecewa,karena mimpinya harus terputus begitu saja,tanpa ia sempat menanyakan namanya.Ditenangkannya hatinya yang berdebaran saat mengingatnya,siapakah dia yang membawakan rasa demikian indah,seperti ada seribu kehangatan menyinari hatinya,mengusir kebekuan yang selama ini bersemayam dalam sudut hati.
Malam ini ia bisa memandang lagi wajah itu,diantara sekian banyak orang yang duduk berkeliling dalam sebuah acara karang taruna.Diyakinkannya lagi pandangannya,takut kalau hanya mimipi seperti malam itu.Tapi tidak,memang dia.Senyumannya adalah hal terindah yang ingin ia lihat,sangat manis.Bukan rasa manis yang bisa dikecap dari gula tapi,manis yang lain hanya hati yang mencinta yang bisa merasakannya.Samar samar ia mendengar orang memanggil namanya,gadis itu.Untaian huruf yang tersusun indah.Ia tak akan bisa melupakannya,nama itu akan selalu diingatnya selamanya,selama jantungnya masih diizinkan berdetak,ia tak akan melupakannya.
Ia sudah tahu rumahnya,tapi ia tak pernah berani menyapanya saat kebetulan berjumpa,hatinya terlalu berdebar hingga tak satupun kata mampu ia keluarkan,seakan mulutnya terkunci hanya hatinya saja yang mampu bersuara.Saat ia berjalan menjauh baru disesalinya kenapa ia tidak berbicara dengannya dan mendengarkan suaranya yang lembut dan teratur.Tapi tak mengapa sekedar bisa memandangnya saja sudah merupakan kebahagiaan yang tak terkira.Suatu saat ia pasti bisa berbicara dengannya sebelum ia harus terpisah dan tak bisa lagi memandangnya.
Tiga tahun berlalu.Selama itu tak sekalipun ia bisa berbicara dengannya,ia hanya bisa memandangnya seperti biasa,tiap hal yang dilakukannya sekan begitu menarik,selalu saja terlihat pantas,saat ia minum,menuliskan namanya dibuku absensi,berbicara dengan kawannya,dan saat ia tersenyum,hal yang paling ia rindukan.Kini ia harus meninggalkannya meninggalkan tiap kesempatan memandangnya,mau bagaimana lagi,perputaran waktu adalah hal yang mustahil ia hentikan.
Perjalanan waktu membawanya terdampar disebuah kota dengan orang yang asing,dengan cara bicara yang sangat sulit dipahami,tenggelam dalam kesibukan kerja yang tak mengenal waktu dari saat shubuh menjelang sampai saat jarum jam bergerak mendekati anggka sebelas malam.Rutinitas yang ia jalani selama empat bulan sampai ia harus diberhentikan dari kerja itu karena difitnah.
Bingung harus bagaimana dikota yang asing,mau pulang tapi uang yang dihasilkan belum seberapa,malu rasanya kalau pulang tak membawa apa apa.Saat malam menjelang angannya membawanya padanya,bidadari dengan senyum yang manis,yang kerapkali hadir dalam mimpinya meski ia selalu terbangun sebelum ia sempat menyapanya.Ia rindu padanya,dimana dia sekarang,apa yang dilakukannya,dimanapun dia berada semoga selalu baik baik saja.Empat bulan berselang saat ia memutuskan bekerja ditempat lain dan sekali lagi ia gagal dalam pekerjaanya.
Tak henti hentinya dia berusaha berpindah dari satu pulau kepulau lain,tapi masih belum ada satupun yang membuahkan hasil,tak mengapa manusia hanya bisa berusaha Allah jualah yang menentukan hasilnya.
Sepuluh tahun berlalu tapi,entah kenapa senyuman itu masih membekas dalam hatinya demikian juga perasaanya,ia bukan siapa siapa,tak berani ia berharap terlalu banyak,sekedar mengenalnya sudah cukup membuatnya bahagia.Andai saja bisa ia ingin berharap bisa selalu bersamanya,menjaganya,dan menyayanginya,disimpannya rapat rapat keinginan itu dalam hatinya.Dibentangkan tangannya tiap malam berdoa semoga dimanapun ia berada Allah selalu menjaganya dan memberikan kebahagiaan untuknya.
Kini semua angannya sirna,ia mendoakan semoga gadis dengan senyum sehangat mentari pagi itu bahagia bersamanya,terbayang setiap kilasan peristiwa saat pertemuan dengannya,ia sadar jodoh itu tak bisa dipilih hanya bisa diupayakan,tapi ia tak pernah mendapat kesempatan,disesalinya nasibnya yang buruk dan ia terdiam dengan mata yang berkaca kaca.andai saja.....andai saja..