Sabtu, 29 September 2018

Sepotong Kisah Untukmu

Dulu sekali pernah ada cerita. Tentang pemuda yang jatuh hati pada seorang gadis. Terdengar simpel ya? Seperti kisah cinta picisan lain?? Mungkin iya mungkin juga tidak. Ini bukan kisah cinta dua arah, sepasang inisan saling menyukai kemudian akhirnya bersatu dalam ikatan suci.

Jika kalian berpikir demikian kalian salah... Ini tentang kisah cinta satu sisi, harapan tak bersambut, tapi tak pernah manyerah. Terdengar konyol bukan? Tapi begitulah cinta kadang tidak masuk akal bagaimana bisa begini, bagaimana bisa begitu, tapi itulah kenyataannya.

Sekian lama pemuda itu mengagumi tanpa punya kesempatan mengatakan isi hatinya, ia mengabaikan beberapa wanita yang mencintainya. Baginya tak ada wanita lain selain dia. Cukup dia, dan hanya dia. Sampai akhirnya ia mengungkapkan isi hatinya dan berakhir dengan penolakan. Sakit hatikah ia? Iya. Menyerahkah? Tidak.

Tapi tidak selamanya ia berjuang, tidak selamanya ia mencintainya. Ketika bertahun kemudian si wanita menikah ia mengalami pukulan hebat, seakan sesuatu yang berat menghantam dadanya. Sakit, tak rela....

Ia merenung dan sampai beberapa waktu tak bisa beraktifitas dengan wajar. Meski ia akhirnya sadar kalau hal terbaik yang bisa dilakukan adalah mengikhlaskan dia bahagia dengan pilihannya. Ia akhirnya sadar kalau mencintai satu sisi itu sangat  tidak mungkin, meski ada yang berhasil memperjuangkan tapi cuma sebagian kecil. Dan dia tidak termasuk di dalamnya.

Ia sadar setelah banyak waktu terlewatkan, banyak kesempatan berlalu, dan banyak hal lain yang akhirnya terlepas. Mencintai bukan pilihan, tapi keterpaksaan. Kita tak bisa memilih pada siapa hati akan terpaut, tapi kita bisa memilih akan mengikuti rasa itu tanpa arah atau mengarakan pada sesuatu yang pasti. Cinta tidak bisa dipaksakan. Cuma bisa diupayakan. Kalau jodoh bagaimanapun jalannya akan berjumpa. 

Waktu yang Akan Menghapus Luka

Aku duduk memeluk lutut sembari menatap kejauhan. Pemandangan sangat indah sebenarnya, bukit menghijau dengan sungai yang mengalir berliku. Sesekali terdengar kicau burung menyanyikan lagu cinta.
Langit mendung, semendung hatiku saat ini. Mungkin sebentar lagi akan hujan. Tapi aku tak peduli, biar saja hujan, biarlah airnya menyiram tubuh ini agar aku bisa berpikir dengan jernih.

Kata orang ikhlaskan saja, biarlah menjadi kenangan. Simpan saja dalam dasar hati tanpa perlu mengungkitnya. Tapi menjalaninya bukan hal yang mudah, rasanya seperti terombang-ambing dalam keputusasaan. Tapi aku punya hati, dan tidak mudah melupakan sesuatu yang sudah terpaut, harus bagaimanakah? Aku tak tahu, menatap hamparan alam yang menghijau sedikit meringankan, meski sedikit tapi cukup buat menghibur hati.

Orang bijak mangatakan, waktu jualah yang akan menghapuskan luka. Mungkin benar meski saat menjalani waktu sangat berat. Semoga dengan beraktifitas bisa sedikit mengurangi rasa yang menyedihkan.

Selamat Pagi

Rasanya cukup menyegarkan setelah kemarin dan lusa berkutat dengan kesibukan yang sangat padat. Banyak hal yang terjadi menguras tenaga dan pikiran, namun di antara ke duanya masalah pikiranlah yang cukup menyita banyak energi. Serumit apa pun masalah pekerjaan masih ada banyak tempat untuk bertanya, tapi masalah yang satu yang banyak menyita pikiran tak ada tempat bertanya, cuma bisa menyimpannya dalam hati.

Sabar, sabar, sabar dan sabar dan meyakini ini yang terbaik, sepahit apa pun masih ada sedikit hal manis yang bisa dirasakan.

Jumat, 28 September 2018

Saat Siang Hari

Perjalanan

Perjalanan kali ini membawaku ke tempat  yang cukup indah. Hamparan sawah membentang dengan latar belakang gunung dan pepohonan. Angin semilir membawakan suasana syahdu alam pedesaan, dan kebetulan tempat istirahat sekarang ada di dekat warung es dan mie ayam. Sepertinya akan menyenangkan menikmati semangkuk mie ayam sambil menikmati indahnya sawah nan menhijau.

Sayang, waktu yang mendesak tak mengijinkan untuk menikmati susana lebih lama. Ya sudah tak apa, lain kali aku akan mengunjungi tempat ini kembali dalam waktu yang lebih lama tentunya.

Tembok Hati


Aku menutupnya, setidaknya untuk sementara. Membiarkan hati terus terbuka seperti kata banyak orang menyakitkan, mungkin kesempatan belum datang hingga sejauh ini belum ada yang hadir meski sekian lama aku membukanya, bukan karena aku tak mau berusaha. Aku sadar jodoh adalah hal yang harus diperjuangkan. Perjuangan sudah, bahkan sampai berdarah-darah tapi jika belum bisa mendapatkan  bisa apa?
Kini, aku terpaksa menutupnya daripada membiarkan rasa berkembang kemudian menggulungku dalam keputus asaan.

Aku dan Kesendirianku


Kuntum bunga jatuh terhempas tertiup angin layu kemudian mengering. Seperti itu jugakah rasa yang kehilangan arah, jatuh terhempas tak menyisakan apapun selain kesunyian? Tak ada yang mesti dipersalahkan dalam hal ini, selain diri sendiri yang terlalu tinggi menaruh harapan, tak memikirkan apapun selain rasa suka yang mengangkasa. Lalu saat rasa tak bersambut terjatuh kemudian terhempas menghujam bumi. Apa yang tersisa? Luka.

Kata orang, biarlah luka. Kelak waktu jualah yang akan menghapusnya, mengaburkan kenangan hingga perasaan duka tak lagi mengenggam jantung. Tak pernahkah mereka tahu seperti apa rasanya kehilangan? Tapi biarlah, mungkin ini bagian dari proses yang harus dijalani.

Tak ada yang tahu sedalam apa kesedihan ini, sebesar apa keinginan tuk bersamanya selain Sang Maha. Padanya kutitipkan rasa ini dan segenap kerinduan lewat doa.

Kamis, 27 September 2018

Birunya Langit

Lhatlah... nun di luar sana langit biru tak berawan. Tengokkan kepalamu keuar jendela sejenak, jangan cuma diam membeku di dalam rumah. Ada keindahan alam nan menakjubkan yang bisa kau saksikan di luar sana. Hamparan sawah, sungai berkelok be air jenih, serta perbukitan dengan pohon berdaun kehijauan.

Bukankah itu lebih menarik dibandingkan seharian menatap layar bermain game online?? Cobalah sesekali, lupakan sejenak game yang kau mainkan, atau lupakan sejenak padatnya pekerjaanmu, lihatlah birunya langit di luar sana saat cuaca sedang cerah. Bukankah warna birunya membuatmu suka?

Aku dan Sepeda Motor

Saat aku menuliskan ini, ada satu sepeda motor yang aku miliki. Motor sport 150 cc dengan kelir balap berwarna orange. Sepintas mirip dengan motor yang beberapa musim ini memenangkan ajang Moto GP, yang kerap kalian saksikan di televisi. Motor itu aku dapatkan dengan perjuangan yang cukup berat, merantau ke pulau sumatera berjualan keliling. Saat ini motor seperti ini bukan lagi barang mewah ada banyak sekali yang memiliki tipe ini bahkan yang di atasnya juga sangat banyak, intinya sudah bukan barang mewah.

Tapi, aku menyayanginya, maksudku sepeda motor itu. Karena sejauh ini dialah yang paling setia menemani kesendirianku, mengantarkanku berjalan saat hati dilanda keresahan. Membawaku berlari membelah angin menumpahkan kegelisahan, meski ini bukan hal baik untuk ditiru. Berkendaralah saat fikiranmu fokus, jangan saat sedang kacau.

Aku sering bersamanya ke kota gudeg, saat pagi, siang, sore bahkan berdua menembus dinginnya angin dini hari membawa sepotong hati yang resah memikirkan seseorang, eh sesuatu. Dia adalah kawan yang baik, menemaniku tanpa protes, selalu diam saat aku duduk bersamanya menatap keindahan alam ataupun hamparan sawah yang membentang, juga perbukitan dengan jalanan berliku yang menyenangkan di lalui.

Kalau dipikir-pikir inu cukup menyedihkan ya, duduk di samping sepeda motor sambil menatap hamparan padi membentang. Tapi sudahlah, mungkin saat ini jalan ini yang harus aku lalui. Tetap semangat ya buat kalian, patuhi peraturan lalu lintas dan berkendaralah yang baik, yang kalian kendarai memang mesin tapi perlakukan dengan baik.

Tentang Jodoh

Jodoh, tak ada yang mengetahuinya siapa yang akhirnya menjadi jodoh kita sampai Allah menyingkap tabirnya. Perkara ini sungguh rumit bagi mereka yang belum menemukan jodohnya, termasuk saya. Jodoh bisa datang kapan saja saat kita sama sekali tidak menyangka akan tiba. Sebaliknya jodoh bisa saja berliku-liku, sampai susah payah mencari kesana-kemari baru berjumpa. Tak ada yang tahu.

Jika saja boleh memilih, ingin rasanya memilih dia sebagai pendamping hidup, yang namanya selalu diimpikan sebagai teman menjalani hari tua. Jika begitu alangkah bahagianya. Tapi perkara jodoh tidak bisa begitu, sesuka apapun kita padanya jika tidak berjodoh tidak akan bisa bersama, ada saja hambatannya.

Kadang sekeras apapun berusaha tak menjamin bisa meluluhkan hati si dia, entah karena hatinya begitu keras atau hatinya memang tidak bisa menerima. Saat itu kita terpaksa mengubur impian membangun cerita dengan dia. Menyakitkan memang, apalagi kalau melihatnya sudah bersama orang lain, serasa sesuatu yang berat menghantam dada.

Tapi biarlah, Allah tak akan mungkin berlaku tidak adil. Kelak pasti ada jodoh untuk kita meski di awal sangat sulit untuk menerima dan banyak pertanyaan kenapa. Kenapa bukan dia? Kenapa dia memilih orang lain padahal kita yang selalu ada buat dia, kita yang lelah berjuang sementara dia yang mendapatkan...

Rabu, 26 September 2018

Tentang Tulisanku

Saat aku membaca ulang tulisanku jaman dulu rasanya sangat membosankan, tulisan sangat hambar seperti sayur tanpa garam kadang malah garing dan membosankan. Tapi aku sama sekali tak berminat meng-edit biar saja, agar aku dan para pembaca budiman yang kebetulan singgah di sini tahu seperti apa tulisan itu dibuat, tidak instan tapi berproses.

Menulis itu kadang sangat mudah, tapi kadang sangat susah setidaknya itu yang aku rasakan. Kalau pas mood datang ya mudah tapi kalau pas tidak mood ya susah bahkan menulis sepotong saja tidak bisa selesai, tulis hapus, tulis hapus begitu terus sampai mata menjadi lelah menatap layar.Tapi tentu saja hal ini berbeda bagi tiap orang.

Seperti saat aku menuliskan ini. Sekarang saja mood itu sudah menghilang:). Sudahlah ini saja yang aku tuliskan, mau dilanjut takut nanti tambah tidak bisa dipahami.

Jumat, 21 September 2018

Waktu dan Kenangan

Perlu waktu berapa lama untuk melupakannya? Satu bulan, satu tahun, sepuluh tahun atau seterusnya? Melupakan siapa dulu ini? Melupakan seseorang yang pernah kita suka, seseorang yang pernah menjadi yang terindah, seseorang yang kita harapkan menjadi jodoh kita. Yang padanya kita harapkan menjadi teman mengarungi kehidupan.

Sudah pasti akan sangat berat melupakan dia, apalagi kalau dia yang selalu di puja-puja justru menjadi jodoh orang lain. Kenapa begini? Kenapa rasa itu hadir pada orang yang tak bisa bersama? Di awal mungkin pertanyaan itu yang terlintas, juga pertanyaan kenapa lainnya, tapi pernahkah kita berpikir sejenak kalau semua pertanyaan kenapa itu justru membuat hati semakin sakit.

Jika mau berpikir jernih jalan terbaik yang bisa dilakukan adalah merelakan, biarlah dia bersamanya asalkan bisa bahagia. Tapi tentu saja bukan hal mudah apalagi jika perasaan suka sudah menghujam jantung. Lalu?? Sampai kapan akan kau bawa perasaan itu padahal dia sudah menjadi milik orang?  Sampai kapan? ....

Relakanlah, ikhlaslanlah meski manyakitkan. Percayalah rasa sakit itu tak abadi, seiring berjalan waktu luka itu akan terhapus juga. Kelak, jika kau percaya akan ada pengganti yang lebih baik darinya.

Cerita Rindu

Kamu tahu rindu? Bukan, bukan kerupuk kotak seharga limaratus yang dibungkus kecil dan dijajalan di sekolahan, tapi rindu, perasaan ingin bertemu dengan seseorang. Seseorang siapa? Hanya kamu yang tahu siapa, aku mana tahu:-). Kadang perasaan itu hadir tak kenal waktu, saat sedang berkendara, saat sedang makan, dan saat sepasang mata hendak terpejam, atau bahkan saking beratnya sampai terbangun di dini hari.

Siapa dia? Kenapa tiba-tiba masuk alam maya, terbawa dalam lamunan saat sendiri dan tak kenal waktu, membuat makan tak enak tidur tak nyenyak. Jika sudah begini bisa apa selain berharap pada pertemuan. Jika tidak bagaimana? Memendam dan menyimpan rasa itu dalam dada meski begitu menyesakkan.


Kamis, 20 September 2018

Wonogiri, Aku Datang Lagi

Wonogiri, ini tempat aku menulis sekarang. Di sebuah kota kecil wilayah Jawa Tengah. Kota kecil yang mendapat julukan kota gaplek, tempat masih banyak yang membuat nasi tiwul khas kota tercinta ini. Di sinilah dulu aku belajar di SMK MUHAMMADIYAH 4 WONOGIRI, bagi guru atau teman yang kebetulan tersesat ke sini semoga kalian tidak melupakanku :-) salah satu di antara sekian banyak murid pendiam dan pemalu.

Kota ini tak banyak berubah, aku masih bisa mengenali setiap sudutnya. Gunung gandul masih menjulang di belakang pasar yang kini sudah dibangun megah, semoga ekonomi masyarakat bisa semegah pasarnya.

Dulu seingatku, pasar wonogiri pernah mengalami kebakaran saat aku masih SMK . Aku ingat betul saat itu ada pasar darurat di sekitar jalan pasar kota, aku pernah membeli kaos bola bertuliskan pemain kesukaan, setelah itu pasar mulai dibangun kembali sampai bisa sebesar sekarang.

Kok jadi membahas pasar ya?? Lalu apa? Entahlah, aku tak memikirkan apapun saat menuliskan ini, cuma membiarkan jemari menari menuliskan sesuatu saja. Semoga masih nyaman di nikmati.

Sudahlah, daripada aku teruskan nanti malah melantur ke mana-mana, baiknya kita sudahi saja cerita hari  ini. Selamat beraktifitas, dan jaga kesehatan.

Rabu, 19 September 2018

Tulisan Pertama Setelah Lama Vakum

Assalamualaikum, Sobat semua setelah sekian lama vakum dari dunia persilatan eh penulisan sekarang bisa menuliskan sesuatu kembali, entah ini bisa berlanjut untuk selanjutnya ataukah se ingat dan se sempatnya saja. Tapi apapun itu yang penting kita bisa saling menyapa kembali semoga bisa konsisten dalam menyajikan tulisan-tulisan ringan untuk kamu semua.

Banyak hal yangterjadi... peristiwa yang dilalui dan kisah-kisah yang dijalani membawa pada sebuah tempat,saat  ini. Di mana kita berpijak setelah sekian waktu perjalanan hidup kita tempuh, apakah kita bisa sedikit melaju, diam saja atau bahkan mengalami kemunduran, hanya kita masingmasing yangtahu.

Dan bagaimana kisahmu sekarang? maksudku kisah cintamu, sudahkah berkeluarga dengan beberapa anak yang lucu atau justru masih sendirian berjuang mendapatkan separuh imanmu? jawab saja dalam hatimu, semoga apapun kisahmu hari ini tak membuatmu lupa dan terlena, yang sudah menikah lupa betapa panjang jalan untuk mendapatkannya dan yang belum meikah lupa bahwa setelah menikah bukan berarti permasalahan selesai, justru pernikahan itu adalah sebuah awal kehidupan, kehidupan berumah tangga.

Sekian saja tulisan singkat hari ini semoga kaliann baik baik saja. 

Wassalamualaikum