Jumat, 26 Juli 2013

Jalan Jalan Ke Jogja


Hari rabu tanggal 24 juli 2013 aku dan dua orang teman berangkat menuju Yogyakarta kota yang pada awalnya kerajaan mataram didirikan oleh Sutowijoyo yang bergelar Panembahan senopati.Tujuan utama adalah ke Malioboro untuk buka puasa disana ,pengen tahu sebenarnya rasa gudeg itu seperti apa yang membawa aku menuju kesana.

Perjalanan aku mulai selepas shalat duhur setelah mengisi bensin sebesar empatpuluh ribu rupiah SPBU di Pokoh aku siap berangkat bersama kedua teman ke Yogjakarta tentu saja setelah mengecek sepeda motor,dari kekencangan rantai sampai tekanan ban,rem,lampu dan sein berfungsi dengan baik,dilanjutkanlah perjalanan menuju Yogyakarta.Kami memutuskan untuk berkendara santai kesana,melalui jalan alternatif lewat krisak kebarat,jalan yang bergelombang dan banyak lubang disana sini membuat kami tidak berani memacu kendaraan maksimum hanya sekitar enampuluh kilometer perjam.

Sekitar satu setengah jam kami sampai di Prambanan,aku hanya sempat menoleh sejenak ujung candi yang nampak kokoh dan indah dari kejauhan,aku tak akan menceritakan tentang candi prambanan kali ini,mungkin pada kesempatan lain.Kami mampir dulu ketoko buku untuk mencari buku matematika ekonomi ,oleh bapak ditempat penitipan tas kami diarahkan kesebuah rak yang terdapat puluhan buku tebal,rasanya semangat terkikis lebih dari separo melihat ketebalan buku,setelah dibolak balik,ambil ini ambil itu,dipilihlah ukuran buku yang paling tipis namun ternyata tebal juga untuk ukuran saya hehe,maklumlah dari dulu untuk nilai matematika tak pernah lepas dari angka lima koma sekian.

Dari toko buku kami masih memutar dulu ke komplek UGM karena salah seorang teman ada kepentingan disana sialnya,sampai disana malah hujan  mau tak mau harus berteduh dulu sambil menunggu reda.Sekitar pukul lima kami meluncur menuju Maliobro diiringi sedikit gerimis.Sekitar lima belas menit kemudian sampailah kami di Malioboro.Setelah memarkirkan kendaraan kamipun berjalan jalan disepanjang malioboro sambil menunggu saatnya berbuka puasa tiba.

Di kiri kanan jalan tampak orang berjualan kaos rata rata harganya tigapuluh ribu rupiah untuk yang sablon dan tiga puluh lima ribu rupiah untuk yang bordir,agak keselatan lagi berjejer lapak nasi gudeg khas Yogyakarta,bergeser sedikit ada sebuah benteng yang dibangun oleh belanda,Benteng  Vredeburg,kamipun lurus terus sampai kedekat monumen Serangan Umum sebelas maret yang terdapat banyak orang berjualan sate ayam,dengan ramah mereka menawarkan dagangannya ,tapi kami menolak dengan halus karena tujuan kami mengunjungi Yogyakarta adalah Gudeg.

Oh iya hampir lupa di depan monumen terdapat patung yang aneh agak menjurus ke parnograpi sepertinya karena bagian kaki keatas tak berpakaian hanya sedikit ukiran seperti akar yang menutupi bagian depan sementara sebelah belakang nampak jelas sesuatu yang menurut saya kurang sopan meski hanya patung separuh badan,sementara separuh lagi adalah pohon,entah maksudnya melambangkan apa,mungkin maksudnya agar manusia akrab dengan alam,tapi mbuh lah ra ngurusi patung mas,rep golek buko,kelo wes adzan.

Kamipun bergegas mencari menu berbuka puasa,akhirnya dipilihlah tempat lesehan yang agak sepi di tepi jalan Malioboro.Kami memesan nasi gudeg telur dan es teh manis,entah seperti apa bentuknya dan ternyata........

Agak aneh,ternyata nasi gudeg itu tapi sudahlah ra po po sing penting makan dan,nyam nyam rasanya agak mirip dengan sayur nangka muda Cuma sedikit asam menurut saya,hmm cicip sedikit lama lama habis juga makanan yang kalau dipandang  tampilannya agak kurang indah itu.

Selesai berbuka kamipun segera kemasjid terdekat untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah dengan khusyu’-semoga-,karena sudah agak terlambat sekitar jam setengah tujuh karena kami asyik ngobrol sambil menikmati gudeg.klesak klesik karena merasa hak sebagai konsumen yang tidak terpenuhi dikarenakan suatu sebab telur pindang untuk jatah saya tak ada kuning telurnya,sementara bagian kedua teman ada semua hahahaha.

Perjalanan menyusuri malioboro kami lanjutkan kembali kali ini mencari blangkon pesanan seorang teman di Pekanbaru sana.tengok sana sini ditemukanlah seorang penjual dipinggir jalan dengan setumpuk blangkon disebelahnya sayangnya tak ada ukuran medium,berjalan lagi aha ini dia,pilih yang cocok,tanya harga dulu ah

-berapa mas?

-empat puluh lima ribu

-pasnya berapa?

-tawar sajalah

-berapa?(sambil berbisik pada kawan dibelakang)-dua puluh-

-dua puluh ya mas?

-dua limalah

-dua puluh

-ya udah

Dapat deh blangkonnya,giliran kawan yang mencari jaket batik,tapi tak ada akhirnya pilihannya beralih pada baju batik lengan panjang,sementara kawan yang satunya membeli dua pasang sandal.

Setelah puas berjalan jalan di Mailoboro kamipun bergegas menuju parkiran sambil menjinjing barang belanjaan.Daripada memutar lewat kota kami memilih untuk lewat ring road yang berujung di sekitar prambanan.

Perjalanan malam merupakan tantangan tersendiri kami harus berkendara diantara rasa lelah dan mengantuk,tentu saja membutuhkan energi lebih untuk menjaga agar motor tetap stabil tapi,tak masalah pengalaman berkendara pada malam hari di masa selepas STM cukup membantu.perjalanan dilanjutkan lagi kali ini kami mengambil arah lurus menuju Klaten tidak lewat Wedi yang berujung di krisak,tapi lurus terus belok kiri,kemudian kanan dan lurus terus sebelum menemukan jalan pintas kekanan menuju Sukoharjo,sempat singgah sebentar untuk istirahat sambil minum es jeruk dan makan goreng,alhamdulillah.

Perjalanan malam melewati  jalan lurus,membelok dan berlubang diterangi lampu depan sepeda motor kami,kadang terpaksa roda harus masuk kedalam lobang karena tak mungkin dihindari,mudah mudahan saja tak ada masalah dengan ban motor kami
Singkat cerita pukul sebelas kurang seperempat kami tiba di wonogiri,istirahat sebentar sambil membongkar ransel dan membagikan barang bawaan kami,teman teman menawarkan untuk menginap di Wonogiri tapi tak tolak karena aku harus segera menyelesaikan tulisan ini hehe.

Jam sebelas aku meluncur sendiri meninggalkan Wonogiri menuju Jatipurno sebelah pojok timur yang kata kawan kawan bukan lagi indonesia karena letaknya yang ada di perbukitan,tak masalah yang penting tiap bulan agustus kami masih selalu mengibarkan bendera merah putih.

Jalanan sangat sepi,hanya ada truk pengangkut yang kadang terlihat berjalan terseok seok kelebihan muatan,atau yang meluncur dengan kecepatan tinggi kearah barat mungkin akan mengambil pasir dari Gunung Merapi sana.Sekitar pukul setengah dua belas tiba di Jatisrono,belok kekiri kemudian sampai di Jatipurno tak ada kendaraan yang melintas aku hanya sesekali menyalip bapak bapak,kemudian truk yang mogok,setelah itu hanya kegelapan malam sama sekali tak ada akitivitas menjelang tengah malam.

Sampai di Jatipurno belok kanan,lagi lagi harus berhadapan dengan jalan naik turun dan tak lupa jalanan berlubang,sungguh sungguh harus berkonsentrasi tinggi kalau tak mau mencium aspal di tengah malam.Tiba di perempatan dekat SMPN 1 JATIPURNO ambil arah kanan dan....lewat di jalan yang sepi hanya ada sawah di kiri kanan sekitar satu kilo meter baru kemudian memasuki desa Miri,dengan jalan aspal yang rusak parah,cara balapan model off road aku terapkan.

Berdiri diatas motor kemudian memacu motor dengan kecepatan tinggi karena harus melewati tempat yang kata orang seram,katanya lo ya kenyataannya ga tahu deh,yang jelas selama ini tak pernah ada sesuatu hal yang kelihatan menyeramkan dipinggir jalan,tahu sendirilah kalau malam naik motor sendiri kadang takut kalau tiba tiba ada yang membonceng,jadinya kadang harus meraba jok belakang kali aja ada penumpang gelap hahaha.

Sampai di desa Kembang berbelok kanan melewati jalanan yang sudah disemen,lega rasanya bisa duduk lagi di jok sepeda motor,satu setengah kilometer melaju diantara pepohonan dan dinginnya malam akhirnya sampai juga di Desa Ngernak,kampung halaman tercinta.Akhirnya sampai juga dirumah,untung saja tidak dikunci sehingga harus ketuk pintu atau membangunkan orang rumah yang akan memakan waktu yang agak lama,lihat odometer menujukkan angka 246 km,hmm lumayan



Kamis, 25 Juli 2013

Cinta Pertama Untuk Selamanya

 Seseorang yang menceritakan padaku suatu yang membuat hati berdesir saat mendengarnya,dengan kepala tertunduk dan sedikit kesedihan yang terlihat dari pandangan matanya yang berkaca kaca.Sesekali tangannya mengusap setitik air mata agar tidak terlihat kalau sedang menangis.Dikuatkan hatinya dan perlahan ia mulai bercerita.

Ia jatuh cinta pada pandangan pertama,seraut wajah terlihat begitu indah dengan tutur kata yang lembut dan menawan,dalam balutan jilbabnya ia terlihat begitu manis apalagi saat ia tersenyum seakan akan waktu terhenti dan ikut tersenyum bersama bunga cinta yang perlahan bermekaran.Gadis itu begitu menarik perhatiannya,entah kenapa.Saat menjelang tidur tak segera matanya terpejam,angannya masih disana bersamanya,mencoba melukis wajah itu dalam hatinya sebisanya,perlahan iapun terlelap saat malam perlahan membuainya dalam mimpi.

Pagi hari saat shubuh menjelang ia terbangun dengan perasaan kecewa,karena mimpinya harus terputus begitu saja,tanpa ia sempat menanyakan namanya.Ditenangkannya hatinya yang berdebaran saat mengingatnya,siapakah dia yang membawakan rasa demikian indah,seperti ada seribu kehangatan menyinari hatinya,mengusir kebekuan yang selama ini bersemayam dalam sudut hati.

Malam ini ia bisa memandang lagi wajah itu,diantara sekian banyak orang yang duduk berkeliling dalam sebuah acara karang taruna.Diyakinkannya lagi pandangannya,takut kalau hanya mimipi seperti malam itu.Tapi tidak,memang dia.Senyumannya adalah hal terindah yang ingin ia lihat,sangat manis.Bukan rasa manis yang bisa dikecap dari gula tapi,manis yang lain hanya hati yang mencinta yang bisa merasakannya.Samar samar ia mendengar orang memanggil namanya,gadis itu.Untaian huruf yang tersusun indah.Ia tak akan bisa melupakannya,nama itu akan selalu diingatnya selamanya,selama jantungnya masih diizinkan berdetak,ia tak akan melupakannya.

Ia sudah tahu rumahnya,tapi ia tak pernah berani menyapanya saat kebetulan berjumpa,hatinya terlalu berdebar hingga tak satupun kata mampu ia keluarkan,seakan mulutnya terkunci hanya hatinya saja yang mampu bersuara.Saat ia berjalan menjauh baru disesalinya kenapa ia tidak berbicara dengannya dan mendengarkan suaranya yang lembut dan teratur.Tapi tak mengapa sekedar bisa memandangnya saja sudah merupakan kebahagiaan yang tak terkira.Suatu saat ia pasti bisa berbicara dengannya sebelum ia harus terpisah dan tak bisa lagi memandangnya.

Tiga tahun berlalu.Selama itu tak sekalipun ia bisa berbicara dengannya,ia hanya bisa memandangnya seperti biasa,tiap hal yang dilakukannya sekan begitu menarik,selalu saja terlihat pantas,saat ia minum,menuliskan namanya dibuku absensi,berbicara dengan kawannya,dan saat ia tersenyum,hal yang paling ia rindukan.Kini ia harus meninggalkannya meninggalkan tiap kesempatan memandangnya,mau bagaimana lagi,perputaran waktu adalah hal yang mustahil ia hentikan.

Perjalanan waktu membawanya terdampar disebuah kota dengan orang yang asing,dengan cara bicara yang sangat sulit dipahami,tenggelam dalam kesibukan kerja yang tak mengenal waktu dari saat shubuh menjelang sampai saat jarum jam bergerak mendekati anggka sebelas malam.Rutinitas yang ia jalani selama empat bulan sampai ia harus diberhentikan dari kerja itu karena difitnah.

Bingung harus bagaimana dikota yang asing,mau pulang tapi uang yang dihasilkan belum seberapa,malu rasanya kalau pulang tak membawa apa apa.Saat malam menjelang angannya membawanya padanya,bidadari dengan senyum yang manis,yang kerapkali hadir dalam mimpinya meski ia selalu terbangun sebelum ia sempat menyapanya.Ia rindu padanya,dimana dia sekarang,apa yang dilakukannya,dimanapun dia berada semoga selalu baik baik saja.Empat bulan berselang saat ia memutuskan bekerja ditempat lain dan sekali lagi ia gagal dalam pekerjaanya.

Tak henti hentinya dia berusaha berpindah dari satu pulau kepulau lain,tapi masih belum ada satupun yang membuahkan hasil,tak mengapa manusia hanya bisa berusaha Allah jualah yang menentukan hasilnya.
Sepuluh tahun berlalu tapi,entah kenapa senyuman itu masih membekas dalam hatinya demikian juga perasaanya,ia bukan siapa siapa,tak berani ia berharap terlalu banyak,sekedar mengenalnya sudah cukup membuatnya bahagia.Andai saja bisa ia ingin berharap bisa selalu bersamanya,menjaganya,dan menyayanginya,disimpannya rapat rapat keinginan itu dalam hatinya.Dibentangkan tangannya tiap malam berdoa semoga dimanapun ia berada Allah selalu menjaganya dan memberikan kebahagiaan untuknya.

Kini semua angannya sirna,ia mendoakan semoga gadis dengan senyum sehangat mentari pagi itu bahagia bersamanya,terbayang setiap kilasan peristiwa saat pertemuan dengannya,ia sadar jodoh itu tak bisa dipilih hanya bisa diupayakan,tapi ia tak pernah mendapat kesempatan,disesalinya nasibnya yang buruk dan ia terdiam dengan mata yang berkaca kaca.andai saja.....andai saja..



Kamis, 18 Juli 2013

Kenangan Saat Smp


Kenangan tentang masa remaja kembali hadir saat mendaftarkan adik sekolah di sebuah SMP Negeri di Kecamatan Jatipurno,tempat aku sekolah dulu.Sejenak menelusuri jejak rekam perjalanan selama disana tak banyak yang bisa diingat setelah tiga belas tahun lulus dari sana,hal yang pertama diingat adalah saat jalan kaki pulang dari sekolah sejauh kira kira empat kilometer,sangat berkesan. 

Jalan bersama dengan puluhan anak dengan suasana yang akrab dan menyenangkan,masih ingat saat pulang sekolah membeli es rujak di tikungan dekat SMP itu.rujak dijadikan es?ya memang dan rasanya enak,yang jelas tidak terlalu pedas menyenangkan sekali kalau saja bisa diulang tapi sayangnya mustahil,cukuplah bisa dikenang saja.

Masa SMP tak ada yang istimewa baik dari segi akademik maupun dari yang lain,pernah juga naksir sama teman yang beda kelas,tapi cuma sebatas suka tanpa berani mengatakan,soalnya dari segi muka aku jelas kalah dalam bersaing jadinya hanya bisa dipendam saja sampai satu tahun kemudian lupa sendiri.

Naik ke kelas dua rasa suka nya pindah pada seorang yang cantik dan sangat pandai bermain tenis meja,dia juga sekretaris dikelas jadi waktu dia yang mendapat tugas menulis didepan kelas adalah saat yang paling ditunggu kapan lagi bisa memandangnya dan melihat segala yang dia kerjakan ,dari saat ia menulis,melihat buku,dan sesekali menghapus saat ada yang salah tulis,untungnya rasa suka ytak berlangsung lama soalnya keburu tahu kalau dia sudah punya pacar yang kaya dan ganteng,so..mundur teratur saja daripada semakin patah hati.

Naik ke kelas tiga berubah lagi yang ditaksir,kali ini anak kepala desa yang berambut panjang,manis imut,awalnya Cuma iseng menyapa kadang aku tarik lrambutnya yang panjang saat mau bertanya,soalnya dia duduk tepat didepanku dan yang paling mudah kalau mau bertanya ya menarik rambut panjangnya,paling dia menengok kebelakang,marah,kemudian tersenyum saat aku menggodanya.satu tahun bertambah akrab saat mau mengatakan cinta ternyata dia sudah punya pacar,alamak mungkin belum saatnya pacaran atau ini adalah cara allah untuk menjaga agar tidak tersesat dalam pergaulan.atau mungkin juga nasibku yang apes hehe..

Yah itulah sedikit tentang kisah cinta di SMP,yang orang katakan cinta monyet tapi menurutku yang mengatakanya itulah yang kayak monyet,karena cinta itu sebenarnya indah,halus,dan kalau tepat dalam menjaganya mendatangkan semangat juang yang tinggi dalam menggapai hal apapun,selain itu dunia menjadi ceria dan berwarna.

 Cuma itu ceritanya?iya lain kali akan ada cerita yang lebih seru..