Hari ini sangat
indah,mentari bersinar dengan terang menebarkan cahayanya kesegenap penjuru
desaku,aku bisa tersenyum selain karena cucianku bisa cepet kering aku juga
bisa berpetualang dilereng sebelah selatan bukit kecil itu, bisa puas memandang
hamparan sawah dibawahnya yang berpetak petak,dengan sungai yang berkelok kelok
laksana ular yang sedang merayap.
Aku bergegas menyiapkan
peralatanku,minuman,cemilan,tikar,pensil dan kertas kosong,aku ingin mencoba
melukis keindahan yang aku lihat dilereng bukit itu melalui kata
kata.Yang
memungkinkan aku bawa dengan ransel sudah aku masukkan kedalam ransel,tersisa
tikar yang akan aku jinjing saja,lagipula jarak bukit itu juga tidak jauh
sekitar satu setengah kilometer dari rumahku,namanya bukit njeruk,diambil dari
kata jeruk.
Mungkin disana dulu banyak
pohon jeruk makanya dinamakan begitu,hanya saja seingatku semenjak kecil tak
pernah aku temukan pohon jeruk.aku segera mengambil sandal jepit kemudian
berangkat,aku kesana
sendiri saja agar keasyikanku menulis tidak ada yang menganggu,sejenak kuhirup udara pagi yang segar,bersih yang menyehatkan soalnya
desa kami jarang ada yang memiliki kendaraan bermotor,sepeda ontelpun
jarang,keadaan jalan desa yang curam dan belum diaspal menjadikan orang malas
membelinya.
Kalau ada anak kecil yang
merengek paling akan dibuatkan sepeda roda tiga,namanya gledekan,namun agar
bisa berjalan harus dikendarai di jalan menurun atau didorong.Aku keluar dari halaman dan
berjalan dengan perlahan menyusuri jalan desa yang merupakan bebatuan dipecah
secemikian rupa kemudian ditata agar nyaman dilewati,aku melewati jalanan yang
agak menanjak,setelah bertemu dengan jalan sapi aku mengambil arah kekanan dan
mengikuti jalan itu hingga sampai kesungai.Dinamakan jalan sapi karena dahulu
yang sering melewati jalan itu adalah para petani yang hendak menggembalakan
sapi ke dekat sungai atau memandikannya,aku baru saja hendak menuruni
jalan itu saat berpapasan dengan tetanggaku yang baru saja menyabit rumput dari
sawahnya.
Setelah bertegur sapa
sejenak aku kembali melanjutkan perjalananku.tinggal mengikuti jalan sampai
ujung kemudian tinggal medaki bukit kecil itu dan sampaliah ketempat yang
dituju,aku akan duduk dibawah pohan yang tumbuh dipinggir bukit menggelar tikar
kemudian mulai menulis,akan aku buat tulisan yang bagus dan akan aku pamerkan
pada teman temanku,kalau haus aku tinggal minum dan makan yang aku bawa dari
rumah tadi,sepertinya menyenangkan.
Membayangkan semua itu aku
jadi ingin sampai dibukit kecil itu,aku segera berlari lari kecil agar cepat
sampai,namun ternyata aku kurang hati hati,saat aku naik ke pematang agar bisa sampai
lebih cepat kakiku terpeleset karena pematang itu licin dan tubuhku meluncur
deras kedalam sawah yang berlumpur
Aduh bajuku basah demikian
juga ranselku,tikarku terbenam seluruhnya karena aku gunakan untuk menahan badanku,yah hari
ini batal deh melukis dibukit itu,kapan kapan saja deh aku kesananya,akupun
segera berbalika arah pulang agar dapat segera mandi dan berganti
baju,sepanjang jalan aku merancang jawaban kalau ada yang bertanya kenapa
badanku penuh lumpur sambil membawa ransel dan menjinjing tikar.