Sabtu, 03 Mei 2014

Perjalanan Menuju Bukit Kecil

Hari ini sangat indah,mentari bersinar dengan terang menebarkan cahayanya kesegenap penjuru desaku,aku bisa tersenyum selain karena cucianku bisa cepet kering aku juga bisa berpetualang dilereng sebelah selatan bukit kecil itu, bisa puas memandang hamparan sawah dibawahnya yang berpetak petak,dengan sungai yang berkelok kelok laksana ular yang sedang merayap.

Aku bergegas menyiapkan peralatanku,minuman,cemilan,tikar,pensil dan kertas kosong,aku ingin mencoba melukis keindahan yang aku lihat dilereng bukit itu melalui kata kata.Yang memungkinkan aku bawa dengan ransel sudah aku masukkan kedalam ransel,tersisa tikar yang akan aku jinjing saja,lagipula jarak bukit itu juga tidak jauh sekitar satu setengah kilometer dari rumahku,namanya bukit njeruk,diambil dari kata jeruk.

Mungkin disana dulu banyak pohon jeruk makanya dinamakan begitu,hanya saja seingatku semenjak kecil tak pernah aku temukan pohon jeruk.aku segera mengambil sandal jepit kemudian berangkat,aku kesana sendiri saja agar keasyikanku menulis tidak ada yang menganggu,sejenak kuhirup udara pagi yang segar,bersih yang menyehatkan soalnya desa kami jarang ada yang memiliki kendaraan bermotor,sepeda ontelpun jarang,keadaan jalan desa yang curam dan belum diaspal menjadikan orang malas membelinya.

Kalau ada anak kecil yang merengek paling akan dibuatkan sepeda roda tiga,namanya gledekan,namun agar bisa berjalan harus dikendarai di jalan menurun atau didorong.Aku keluar dari halaman dan berjalan dengan perlahan menyusuri jalan desa yang merupakan bebatuan dipecah secemikian rupa kemudian ditata agar nyaman dilewati,aku melewati jalanan yang agak menanjak,setelah bertemu dengan jalan sapi aku mengambil arah kekanan dan mengikuti jalan itu hingga sampai kesungai.Dinamakan jalan sapi karena dahulu yang sering melewati jalan itu adalah para petani yang hendak menggembalakan sapi ke dekat sungai atau memandikannya,aku baru saja hendak menuruni jalan itu saat berpapasan dengan tetanggaku yang baru saja menyabit rumput dari sawahnya.

Setelah bertegur sapa sejenak aku kembali melanjutkan perjalananku.tinggal mengikuti jalan sampai ujung kemudian tinggal medaki bukit kecil itu dan sampaliah ketempat yang dituju,aku akan duduk dibawah pohan yang tumbuh dipinggir bukit menggelar tikar kemudian mulai menulis,akan aku buat tulisan yang bagus dan akan aku pamerkan pada teman temanku,kalau haus aku tinggal minum dan makan yang aku bawa dari rumah tadi,sepertinya menyenangkan.

Membayangkan semua itu aku jadi ingin sampai dibukit kecil itu,aku segera berlari lari kecil agar cepat sampai,namun ternyata aku kurang hati hati,saat aku naik ke pematang agar bisa sampai lebih cepat kakiku terpeleset karena pematang itu licin dan tubuhku meluncur deras kedalam sawah yang berlumpur


Aduh bajuku basah demikian juga ranselku,tikarku terbenam seluruhnya karena aku gunakan untuk menahan badanku,yah hari ini batal deh melukis dibukit itu,kapan kapan saja deh aku kesananya,akupun segera berbalika arah pulang agar dapat segera mandi dan berganti baju,sepanjang jalan aku merancang jawaban kalau ada yang bertanya kenapa badanku penuh lumpur sambil membawa ransel dan menjinjing tikar.