Kenapa yang dipajang bukan foto CBR? Belum ada, ketika aku menuliskan ini, foto itu belum ada. Semoga ini tak membuatmu berhenti membaca dan pergi meninggalkan halaman ini. Kenapa aku membeli motor ini? Aku menyukai bentuknya, dan tentu saja ketika membelinya kecepatanlah yang menjadi pertimbangan lain, waktu itu dengan anggaran yang dimiliki hanya CBR 150 itulah yang masuk akal, motor 250 cc belum terjangkau bahkan sampai sekarang.
Kalian tahu, aku tipe orang yang suka berkendara, melakukan perjalanan tanpa tujuan sekedar melepaskan kegelisahan yang tidak bisa diceritakan, tentu saja berkendara dengan baik dan taat aturan, nyawa kita cuma satu tak pantas dipertaruhkan di jalanan apalagi berkendara ugal-ugalan yang membahayakan orang lain.
Aku mulai saja ceritanya agar kamu tak terlalu bosan
***
Lelaki itu memacu motornya dengan kecepatan sedang 50 Km/ Jam, melintasi jalan di Kota Wonogiri, tempat ia lahir dan dibesarkan, Kota yang menyimpan kenangan terlalu banyak kenangan, hingga kadang hatinya seakan tak mampu menyimpan, ketika itulah ia memilih berkendara, menantang panas atau menerobos titisan hujan. Jalanan ramai, ia harus jeli dengan keadaan kemudian menyalip ketika keadaan aman. Motornya meraung ketika dia menambah kecepatan 90 Km/ Jam, kecepatan yang baginya biasa saja, Motor itu melaju membawa hatinya yang sunyi melintasi jalanan kota yang sekarang sudah rapi, ke mana tujuannya? Masjid. Ia sering singgah di Masjid, Rumah Allah yang baginya menjadi tempat paling meneduhkan, meneduhkan hatinya yang sering gelisah. Dan di depan sana ada Masjid, ia menyalakan sein kiri kemudian mengarahkan motornya ke Masjid dengan cat hijau tua, Masjid kecil yang rapi dan bersih. Sekarang tengah hari, sebentar lagi Adzan Duhur. Lelaki itu memarkirkan motornya, kemudian mengambil air wudhu, memasuki masjid dan menghamparkan sajadah yang selalu dia bawa kemudian shalat sunah dua rakaat, hatinya penuh harap, harap pada sang maha pencipta pada Dia yang menggnggam segalanya. Tepat setelah ia sselesai sholat sunah seorang pria tua dengan kopiah putih masuk Masjid, mengangguk padanya kemudian Adzan, suaranya tidak begitu merdu tapi mampu menggugah hati untuk segera hadir memenuhi panggilanNya.
Jamaah cukup banyak yang hadir, satu shof penuh, isinnya orang tua tak ada anak muda di sana? Ke mana mereka? Terlalu sibukkah hingga melupakan panggilanNya? Sholat selesai, namun lelaki itu masih duduk berdzikir, kemudian berdoa, meminta pada Sang Wahab pengabul segala keinginan. Jamaah Masjid sudah pulang tinggal dia sendiri yang ada di sana. Ia mengambil motor kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Pantai