Senin, 05 Mei 2014

Benarkah Merantau Mengubah Sifat Orang Desa?

Hidup di desa itu menyenangkan,semua orang ramah dan baik itu yang aku rasakan dahulu ketika masih kecil,televisi belum banyak dan hampir semua orang mencari nafkah dengan bertani,hanya satu dua orang yang merantau untuk mengubah nasib.

Tatanan masyarakat terjaga dengan baik,yang muda menghormati yang lebih tua,tak ada yang berani memanggil langsung namanya pasti diawali dengan,kang,paklik,pakde,mbah atau yang lainnya tergantung usianya,anak anak sangat patuh pada orang tuanya.keakraban dengan para tetanggapun masih terpelihara ,sambatan menjadi hal yang diutamakan,tidak ada upah,hanya makan bersama,rokok dan minuman saja sebagai imbalannya,suasananyapun sangat akrab,candaan sesekali dilontarkan untuk mencairkan suasana.

Sementara para lelaki bekerja ibu ibu sibuk didapur menyiapkan bermacam hidangan,kalau pagi biasanya teh manis sama cemilan khas desa,entah ubi goreg,pisang,jadah itu disajikan saat tetangga yang membantu sudah datang,sekitar pukul delapan mereka istirahat lagi untuk sarapan pagi,nasi sama sayuranlah biasanya yang ada,lalu sekitar jam sebelas pagi biasanya sudah akan keluar hidangan makan siang,menyenangkan bukan?apalagi saat makan bersama itu momen yang berkesan,apapun hidangannya kalau dimakan bersama sama rasanya sangat enak,mungkin keakraban diantara kamilah yang menjadikan hidangan itu menjadi terasa berbeda.

Hanya sayang budaya sambatan itu perlahan lahan mulai ditinggalkan,dan bergeser menjadi apa ya,mmm kalau dalam istilah desa kami di buruhke,seperti sambatan hanya saja dengan upah uang,entah itu membangun rumah atau menggarap sawah.yah,bagaimana lagi,dijaman sekarang semuanya serba uang,masih ada sebenarnya diantara masyarakat yang sebenarnya ada keinginan untuk memabantu dengan ikhlas hanya saja pihak yang dibantu tidak enak kalau tidak memberikan upah,soalnya hampir semuanya seperti itu.

Oh iya,sekarang masyarakat desa sudah tidak lagi lugu dan ramah seperti dahulu,sudah susah dibedakan lagi dengan anak muda kota,ini terjadi semenjak banyaknya perantau yang membawa budaya kota kedesa,sayangnya bukan budaya baik yang dibawa tapi yang jelek,misalnya,cara berpakaian,minuman keras,individualis,dan mengukur semuanya dari uang.

Dahulu aku sempat heran kenapa tetanggaku yang dulunya ramah sekarang berubah,atau tetanggaku yang dulu cantik dan sopan setelah pulang dari kota menjadi berpakaian pendek pendek dan ketat,ada juga yang mengecat rambutnya seperti layaknya artis sinetron,yang laki laki mulai membuat lubang ditelinganya bahkan tak segan menato anggota tubuhnya,entah supaya apa.

Setelah aku merasakan sendiri merantau itu seperti apa aku jadi tahu sebabnya,tapi aku masih juga heran kenapa mereka jadi berubah,sebenarnya bisa saja mereka tetep baik tapi sudahlaj menjadi baik dan tidak itu pilihan,ada juga yang berkepribadian dua,diperantauan menjadi sosok individualis dan pelit,sementara didesa dermawan dan ramahnya minta ampun aku jadi bingung bagaimana harus bersikap padanya.

Mereka berubah pada awalnya dituntut keadaan sudah bukan menjadi rahasia kalau orang desa masuk kota menjadi sasaran yang empuk bagi yang ingin berbuat jahat,entah penipuan,pemalakan atau yang lainnya,sosoknya yang lugu dan baik menjadikan orang mudah berbuat jahat,jadilah meraka terpaksa ikut berperilaku layaknya orang kota,awalnya masih segan kalau teringat dengan desanya tapi lama lama menjadi hal yang biasa,alah bisa karena biasa bukan?


Okelah itu saja ya,certiaku.harapanku mudahan orang desa tidak kehilangan sifat luhurnya hanya karena sibuk mencai uang dengan merantau ya