Minggu, 04 Mei 2014

Pematang Sawahku Berlubang,Ini Toh Pelakunya?

Hari ini tontonan televisi tidak menarik,makanya aku memilih mematikannya saja dan pergi kesawah membantu ayahku,katanya hari ini pematang sawah banyak lubangnya karena ulah yuyu yang nakal,itu lebih baik daripada aku menyaksikan artis yang suka pamer dengan kekayaan,sepertinya kok kurang pada tempatnya ya,apa dia tidak tahu kalau dinegeri ini banyak sekali warga yang kekurangan,ini malah dikasih tayangan yang bikin mengelus dada.

Lebih baik yang ditayangkan sesuatu yang bisa menginspirasi,kisah wirausahawan sukses gitu kek,atau apalah yang sesuai dengan realita dinegeri ini,ah sudahlah lagian orang desa seperti aku apa iya suaranya bakal didengar,eh iya satu lagi nih

Tiap lihat berita kriminal para penjahat yang tertanggkap kok selalu memakai alasan ekonomi ya,memang ekonominya kenapa?kurang?ah itu sih alasan saja,ada banyak kok orang yang kurang secara ekonomi,kurang banget malah tapi mereka memilih untuk mencari uang dengan cara halal meski kadang harus menahan lapar.tapi memang sih sebagian orang memilih cara cepat daripada sedikit bersabar.

Aku mengambil cangkul yang diteras samping,tempat biasa ayahku meletakkan alat pertanian,aku memilih yang paling ringan saja agar tidak kesulitan dalam menggunakannya.dengan menjinjing cangkul aku berangkat kesawah,sudah agak siang sebenarnya untuk ukuran desaku kalau berangkat jam delapan,biasanya mereka berangkat jam setengah tujuh pagi.aku tidak tergesa gesa kali ini,kapok dengan kejadian dulu waktu aku hendak menulis dibukit kecil itu,maunya cepat eh malah tersungkur masuh kesawah,jadi cari aman saja deh kali ini.

Ternyata pemandangan desaku sangat indah,bukit bukit hijau dan menyenangkan dipandang,apalagi sawahnya,petak sawahnya tidak lurus memanjang,tapi bertingkat tingkat,diantara lereng bukit,memanjang kearah sungai,indah sekali membuat hati tentram.

Sesampainya disawah aku melihat ayahku melambaikan tangan,aku berjalan kearah sana menyuri pematang dengan hati hati agar kakiku tidak sampai menginjak padi yang sedang subur suburnya,berjalan dipematang seperti ini memerlukan keseimbangan,rasanya kok kayak sedang main sirkus tali ya,hanya saja yang ini pematang sebagai pijakannya.

Setelah aku mendekat ayahku mengajakku istriahat dan minum teh manis serta jadah goreng yang dibawanya tadi pagi,belum juga kerja sudah diajak makan hehe.sambil makan ayah menceritakan kalau kali ini lubang dipematang agak banyak,mungkin karena pemangsa alami kepiting itu sudah berkurang,kalau ditempat kami ada hewan yang bernama garangan,biasanya dia yang suka memakan kepiting disawah.

Kali ini entah kemana perginya.ayah bilang kalau untuk menutup lubang itu tidak perlu dengan cangkul soalnya lubangnya kecil,cukup dengan tangan saja untuk mencari lubangnya,kemudian ditutup dengan tanah lalu diinjak dengan kaki agar rapat,jadi intinya cangkul yang aku bawa kali ini tidak ada gunanya,hanya sebagai bawaan saja agar dikira anak rajin hehe.

Setelah makan kami mulai mencari pematang mana yang bocor,lalu membetulkannya dengan cara seperti yang ayahku katakan tadi,lama juga ya ternyata,entah kenapa kalau bekerja disawah itu cepet sekali merasa lapar,dan kalau sudah begitu masakan apa saja yang dibuat ibu pasti terasa enak,ibaratnya nasi sama sambal saja lezatnya bukan main.


Tepat setelah matahari berada dipuncaknya pekerjaan kami sudah selesai,kami kemudian membersihkan diri disungai,airnya jernih sekali sayangnya sungainya kecil dan dangkal,jadinya iannya pun kecil kecil,aku sering membayangkan alangkah enaknya kalau sungainya besar dan agak dalam,bisa membuat rakit dari barng pisang,seperti yang pernah aku baca dalam buku petualngan yang aku pinjam dari temanku.udah dulu ya ceritanya kapan kapan disambung lagi