Hari ini tontonan televisi
tidak menarik,makanya aku memilih mematikannya saja dan pergi kesawah membantu
ayahku,katanya hari ini pematang sawah banyak lubangnya karena ulah yuyu yang
nakal,itu lebih baik daripada aku menyaksikan artis yang suka pamer dengan
kekayaan,sepertinya kok kurang pada tempatnya ya,apa dia tidak tahu kalau
dinegeri ini banyak sekali warga yang kekurangan,ini malah dikasih tayangan
yang bikin mengelus dada.
Lebih baik yang ditayangkan sesuatu
yang bisa menginspirasi,kisah wirausahawan sukses gitu kek,atau apalah yang
sesuai dengan realita dinegeri ini,ah sudahlah lagian orang desa seperti aku
apa iya suaranya bakal didengar,eh iya satu lagi nih
Tiap lihat berita kriminal
para penjahat yang tertanggkap kok selalu memakai alasan ekonomi ya,memang
ekonominya kenapa?kurang?ah itu sih alasan saja,ada banyak kok orang yang
kurang secara ekonomi,kurang banget malah tapi mereka memilih untuk mencari
uang dengan cara halal meski kadang harus menahan lapar.tapi memang sih
sebagian orang memilih cara cepat daripada sedikit bersabar.
Aku mengambil cangkul yang
diteras samping,tempat biasa ayahku meletakkan alat pertanian,aku memilih yang
paling ringan saja agar tidak kesulitan dalam menggunakannya.dengan menjinjing
cangkul aku berangkat kesawah,sudah agak siang sebenarnya untuk ukuran desaku
kalau berangkat jam delapan,biasanya mereka berangkat jam setengah tujuh
pagi.aku tidak tergesa gesa kali ini,kapok dengan kejadian dulu waktu aku
hendak menulis dibukit kecil itu,maunya cepat eh malah tersungkur masuh
kesawah,jadi cari aman saja deh kali ini.
Ternyata pemandangan desaku
sangat indah,bukit bukit hijau dan menyenangkan dipandang,apalagi
sawahnya,petak sawahnya tidak lurus memanjang,tapi bertingkat tingkat,diantara
lereng bukit,memanjang kearah sungai,indah sekali membuat hati tentram.
Sesampainya disawah aku
melihat ayahku melambaikan tangan,aku berjalan kearah sana menyuri pematang
dengan hati hati agar kakiku tidak sampai menginjak padi yang sedang subur
suburnya,berjalan dipematang seperti ini memerlukan keseimbangan,rasanya kok
kayak sedang main sirkus tali ya,hanya saja yang ini pematang sebagai
pijakannya.
Setelah aku mendekat ayahku mengajakku
istriahat dan minum teh manis serta jadah goreng yang dibawanya tadi pagi,belum
juga kerja sudah diajak makan hehe.sambil makan ayah menceritakan kalau kali
ini lubang dipematang agak banyak,mungkin karena pemangsa alami kepiting itu
sudah berkurang,kalau ditempat kami ada hewan yang bernama garangan,biasanya
dia yang suka memakan kepiting disawah.
Kali ini entah kemana
perginya.ayah bilang kalau untuk menutup lubang itu tidak perlu dengan cangkul
soalnya lubangnya kecil,cukup dengan tangan saja untuk mencari
lubangnya,kemudian ditutup dengan tanah lalu diinjak dengan kaki agar
rapat,jadi intinya cangkul yang aku bawa kali ini tidak ada gunanya,hanya
sebagai bawaan saja agar dikira anak rajin hehe.
Setelah makan kami mulai
mencari pematang mana yang bocor,lalu membetulkannya dengan cara seperti yang
ayahku katakan tadi,lama juga ya ternyata,entah kenapa kalau bekerja disawah
itu cepet sekali merasa lapar,dan kalau sudah begitu masakan apa saja yang
dibuat ibu pasti terasa enak,ibaratnya nasi sama sambal saja lezatnya bukan
main.
Tepat setelah matahari
berada dipuncaknya pekerjaan kami sudah selesai,kami kemudian membersihkan diri
disungai,airnya jernih sekali sayangnya sungainya kecil dan dangkal,jadinya
iannya pun kecil kecil,aku sering membayangkan alangkah enaknya kalau
sungainya besar dan agak dalam,bisa membuat rakit dari barng pisang,seperti
yang pernah aku baca dalam buku petualngan yang aku pinjam dari temanku.udah dulu ya
ceritanya kapan kapan disambung lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Berkomentar