Sabtu, 10 Januari 2015

Perasaan Ketika Pertama Kali Merantau

Kampung halaman selalu menjadi tempat yang dirindukan,apalagi bagi seorang yang baru pertama kali merantau sepertiku,rasanya menyesakkan sekali,jauh dari orangtua dan sahabat yang selama ini begitu baik dan perhatian,ah aku rindu kampungku,kalau boleh aku ingin meminjam pintu kemana saja Doraemon agar aku bisa kembali ke Desaku.

Aku mengalami homesick hampir satu bulan,kerinduan pada kampung halaman menjadi sesuatu yang sangat meyakitkan,aku rindu kampungku,begitu yang aku teriakkan dalam hati,aku tak mengatakan pada siapapun akan apa yang aku rasakan,aku memilih menyimpan kerinduan itu seorang diri,kadang tak terasa air mata menetes juga ketika teringat dengan suasana rumah yang entah kenapa baru terasa menyenangkan ketika berada ditempat yang jauh.

Pekerjaan yang aku jalani tak seperti yang dikatakan ketika akan berangkat,rupanya warung bakso itu buka pagi hari,letaknya yang strategis di jalan protokol membuat pengunjung yang datang silih berganti,satu pergi yang lain datang.

Aku harus bagun pagi pagi sekitar jam lima untuk bekerja,biasanya jam segitu yang aku kerjakan memotong sayuran dan mencincang ayam yang akan dijadikan mie ayam,kemudian mandi dan segera berangkat kewarung,hampir tak ada waktu untuk istirahat.

Malam haripun tak bisa kemana mana,warung selalu ramai,biasanya mulai sepi ketika sudah hampir setegah sebelas.

Tepat jam sebelas malam warung tutup kemudian aku pulang ketempat bude ku untuk beristirahat,setelah mandi aku kemudian akan membaringkan diri diatas selembar kasur tipis di ruangan yang sempit,alangkah jauh bedanya dengan rumahku.

Dulu aku mengira kalau hidup diperantauan itu enak dan nyaman,tinggal di rumah bagus seperti yang aku lihat ditelevisi,namun kenyataannya tidak begitu,lokasi yang aku tempati hampir dapat disamakan dengan lokasi dipinggir kali di Jakarta sana.

Kadang ketika aku tak sanggup lagi memendam kegelisahan aku menuliskan semua yang aku rasakan di buku harian,budeku biasanya akan menegur kalau aku melakukan itu,mungkin takut aku kesiangan bangunnya,biasanya aku segera menyudahi tulisanku dan segera berbaring,mencoba memejamkan mata agar ketika besuk terbangun badan sudah menjadi segar.

Aku tak selalu dapat langsung tidur,anganku mengembara kemana mana,dari mulai saat masih kecil,sekolah,lulus atau masa masa indah ketika jatuh cinta,yang terakhir ini adalah hal yang paling menyiksa,jatuh cinta yang aku rasakan adalah perasaan yang mendalam,padahal aku tak begitu mengenalnya,bertemu pun baru beberapa kali sekilas pandang,tak ada percakapan karena aku tak berani memulainya,aku biasanya menunduk dan mencuri pandang saja,tapi dengan itu aku sudah bahagia.

Belum puas aku tidur rupanya hari sudah pagi,aku segera shalat shubuh kemudian menjalani aktivitas rutinku,jujur aku tak nyaman dengan pekerjaan ini,tapi mau bagaimana aku sudah ada di kota Padang,jauh dari rumah,mau tidak mau aku harus menjalaninya meski terasa sangat berat,bukan hanya pekerjaannya tapi juga kerana aku tak punya teman,waktuku habis tersita untuk bekerja di warung itu.

Dalam kesendirian seperti itu aku begitu ingin mempunyai teman yang bisa aku ajak bercerita,tak cuma lewat buku yang hanya diam dan menampung apa saja yang aku tuliskan,tapi tak bisa memberikan saran atau setidaknya menanggapi meski hanya sepatah dua patah kata,aku begitu ingin bercerita.

Ada seorang pelanggan yang rumahnya dekat dengan budeku,orang jawa juga satu karesidenan dengan aku,ketika dia selesai makan aku menyapanya dan sejak itulah aku sering ngobrol dengan dia,aku mulai percaya kepadanya,aku mengira semua orang jawa yang ada diperantauan itu baik,demikian juga yang aku pikirkan tentangnya.

Tanpa ragu aku mencurahkan uneg uneg ku tentang perasaanku yang tidak nyaman menjalani pekerjaan yang aku jalani empat bulan ini,aku tak menggira kalau hal ini justru membuat aku berakhir dengan di pecat kerena dia rupanya mengadu pada pemilik warung,mungkin ada bumbu kata yang ia tambahkan hingga pemilik warung begitu marah padaku.

Aku berjalan gontai kerumah budeku,yang segera menyambut dengan pertanyaan kenapa sudah pulang,aku menjawab kalau aku dipecat,aku menceritakan yang terjadi dan beliau menasehatiku agar tak mudah percaya pada orang,tak semua orang jawa yang merantau itu baik,begitu katanya.


Ada dua pilihan yang ditawarkan oleh pamanku,apakah ingin diantarkan pulang atau mau jualan es krim di kota Padang seperti orang orang,aku disuruh memikirkan dulu,kalau  aku memutuskan pulang pamanku akan mengantarkanku.