Kampung
halaman selalu menjadi tempat yang dirindukan,apalagi bagi seorang yang baru
pertama kali merantau sepertiku,rasanya menyesakkan sekali,jauh dari orangtua
dan sahabat yang selama ini begitu baik dan perhatian,ah aku rindu
kampungku,kalau boleh aku ingin meminjam pintu kemana saja Doraemon agar aku
bisa kembali ke Desaku.
Aku
mengalami homesick hampir satu bulan,kerinduan pada kampung halaman menjadi
sesuatu yang sangat meyakitkan,aku rindu kampungku,begitu yang aku
teriakkan dalam hati,aku tak mengatakan pada siapapun akan apa yang aku
rasakan,aku memilih menyimpan kerinduan itu seorang diri,kadang tak terasa air
mata menetes juga ketika teringat dengan suasana rumah yang entah kenapa baru
terasa menyenangkan ketika berada ditempat yang jauh.
Pekerjaan
yang aku jalani tak seperti yang dikatakan ketika akan berangkat,rupanya warung
bakso itu buka pagi hari,letaknya yang strategis di jalan protokol membuat
pengunjung yang datang silih berganti,satu pergi yang lain datang.
Aku
harus bagun pagi pagi sekitar jam lima untuk bekerja,biasanya jam segitu yang
aku kerjakan memotong sayuran dan mencincang ayam yang akan dijadikan mie
ayam,kemudian mandi dan segera berangkat kewarung,hampir tak ada waktu untuk
istirahat.
Malam
haripun tak bisa kemana mana,warung selalu ramai,biasanya mulai sepi ketika
sudah hampir setegah sebelas.
Tepat
jam sebelas malam warung tutup kemudian aku pulang ketempat bude ku untuk
beristirahat,setelah mandi aku kemudian akan membaringkan diri diatas selembar
kasur tipis di ruangan yang sempit,alangkah jauh bedanya dengan rumahku.
Dulu aku mengira kalau hidup diperantauan itu enak dan nyaman,tinggal di rumah bagus seperti yang aku lihat ditelevisi,namun kenyataannya tidak begitu,lokasi yang aku tempati hampir dapat disamakan dengan lokasi dipinggir kali di Jakarta sana.
Dulu aku mengira kalau hidup diperantauan itu enak dan nyaman,tinggal di rumah bagus seperti yang aku lihat ditelevisi,namun kenyataannya tidak begitu,lokasi yang aku tempati hampir dapat disamakan dengan lokasi dipinggir kali di Jakarta sana.
Kadang
ketika aku tak sanggup lagi memendam kegelisahan aku menuliskan semua yang aku
rasakan di buku harian,budeku biasanya akan menegur kalau aku melakukan
itu,mungkin takut aku kesiangan bangunnya,biasanya aku segera menyudahi
tulisanku dan segera berbaring,mencoba memejamkan mata agar ketika besuk
terbangun badan sudah menjadi segar.
Aku tak selalu dapat langsung tidur,anganku mengembara kemana mana,dari mulai saat masih
kecil,sekolah,lulus atau masa masa indah ketika jatuh cinta,yang terakhir ini
adalah hal yang paling menyiksa,jatuh cinta yang aku rasakan adalah perasaan
yang mendalam,padahal aku tak begitu mengenalnya,bertemu pun baru beberapa kali
sekilas pandang,tak ada percakapan karena aku tak berani memulainya,aku
biasanya menunduk dan mencuri pandang saja,tapi dengan itu aku sudah bahagia.
Belum
puas aku tidur rupanya hari sudah pagi,aku segera shalat shubuh kemudian
menjalani aktivitas rutinku,jujur aku tak nyaman dengan pekerjaan ini,tapi mau
bagaimana aku sudah ada di kota Padang,jauh dari rumah,mau tidak mau aku harus
menjalaninya meski terasa sangat berat,bukan hanya pekerjaannya tapi juga
kerana aku tak punya teman,waktuku habis tersita untuk bekerja di warung itu.
Dalam
kesendirian seperti itu aku begitu ingin mempunyai teman yang bisa aku ajak bercerita,tak
cuma lewat buku yang hanya diam dan menampung apa saja yang aku tuliskan,tapi
tak bisa memberikan saran atau setidaknya menanggapi meski hanya sepatah dua
patah kata,aku begitu ingin bercerita.
Ada
seorang pelanggan yang rumahnya dekat dengan budeku,orang jawa juga satu
karesidenan dengan aku,ketika dia selesai makan aku menyapanya dan sejak itulah
aku sering ngobrol dengan dia,aku mulai percaya kepadanya,aku mengira semua
orang jawa yang ada diperantauan itu baik,demikian juga yang aku pikirkan
tentangnya.
Tanpa ragu aku mencurahkan uneg uneg ku tentang perasaanku yang tidak nyaman menjalani pekerjaan yang aku jalani empat bulan ini,aku tak menggira kalau hal ini justru membuat aku berakhir dengan di pecat kerena dia rupanya mengadu pada pemilik warung,mungkin ada bumbu kata yang ia tambahkan hingga pemilik warung begitu marah padaku.
Tanpa ragu aku mencurahkan uneg uneg ku tentang perasaanku yang tidak nyaman menjalani pekerjaan yang aku jalani empat bulan ini,aku tak menggira kalau hal ini justru membuat aku berakhir dengan di pecat kerena dia rupanya mengadu pada pemilik warung,mungkin ada bumbu kata yang ia tambahkan hingga pemilik warung begitu marah padaku.
Aku
berjalan gontai kerumah budeku,yang segera menyambut dengan pertanyaan kenapa
sudah pulang,aku menjawab kalau aku dipecat,aku menceritakan yang terjadi dan
beliau menasehatiku agar tak mudah percaya pada orang,tak semua orang jawa yang
merantau itu baik,begitu katanya.
Ada
dua pilihan yang ditawarkan oleh pamanku,apakah ingin diantarkan pulang atau
mau jualan es krim di kota Padang seperti orang orang,aku disuruh memikirkan
dulu,kalau aku memutuskan pulang pamanku akan mengantarkanku.
Semangat! Pasti akan ada jalan. Yang sabar ya.
BalasHapus