Minggu, 29 November 2020

Pantai

 


Ombak itu berdebur, seakan mencoba memecahkan batu karang yang keras, kembali ke laut kemudian datang lagi dengan hempasan yang sama, selalu begitu entah sampai kapan. Lelaki itu duduk menatap laut, kemudian beralih pada beberapa orang yang berjalan atau bermain dengan pasir dan ombak, wajah mereka tersenyum bahagia, seakan tak pernah ada masalah dalam hidupnya. Ia tahu masalah akan ada selama kehidupan masih ada, selama seorang masih hidup selama itu akan ada masalah, dua hal yang tak dapat dipisahkan. Ia menyadarinya namun terkadang kelemahannya sebagai manusia masih melupakannya juga. Tapi ia selalu berusaha agar selalu ingat dengan hal itu. Masalah sebagai ujuan seorang agar bertambah kuat dalam mengarungi kehidupan di masa datang, meski kesadaran akan itu datang ketika masa sudah jauh terlampaui.

Ia bangkit dari duduknya, kemudian berjalan, kakinya memijak pasir yang lembut, sebagian masuk ke sela sepatu yang dikenakan. Angin laut membelai wajah, seperti belaian seorang ibu yang lembut pada anaknya. Ia sendirian, berjalan terus menyusri sepanjang pantai, mencoba memahami banyak kejadian tak terduga dalam hidupnya, mencoba menguak arti di baliknya, tapi tak pernah bisa. Segalanya masih menjadi rahasia, rahasia yang hanya Allah yang tahu, apakah yang ada di depan sana. 

Langkahnya terhenti, kakinya menginjak cangkang kerang, dipungutnya kemudian diamati, kosong. Ia tersenyum, ya kosong seperti hatinya saat ini, kekosongan yang membuatnya sering sekali bepergian. Tapi ia tak pernah menyalahkan takdir, ia percaya akan segala KemahaanNya. Dilemparnya cangkang itu ke laut sejauh yang bisa dilakukan, cangkang itu jatuh ke laut tapi tak seberapa jauh, meninggalkan percikan air yang kemudian hilang. Cangkang itu tak kelihatan lagi.

Lelaki itu duduk, mengambil bekal makananya, sebungkus nasi Padang dengan lauk ikan bakar berdoa,  sebelum menyantap makanan itu dengan penuh rasa syukur. Botol minuman dikeluarkan  dari dalam tas hitam yang selalu dia bawa, air mineral ukuran setengah liter, cukup untuk perjalannya kali ini, kalau kurang mungkin ia akan singgah ke kedai yang menjual kepala muda.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Berkomentar