Ada sesuatu di sana, jauh dalam sudut kerinduan hati yang tersera, pecah berhamburan menjadi keping-keping kecil ketika mendengar komentar yang seakan sangat mudah diucapkan, tanpa memikirkan wajah yang memerah cari saja wanita yang mau, jelek atau apapun yang penting segera menikah- duhai seperti itukah jodoh dalam pandanganmu, aku tersenyum tak menjawab apapun sambil mengalihkan pandangan menatap dedauan yang menari tertipu angin- mau menunggu sampai kapan? Kamu jangan pilah pilih nanti nggak akan menikah, saran seperti itu yang selalu aku dengar, aku cuma tersenyum menutupi hati yang kecewa, niat hati ingin duduk saja sambil menikmati udara sore, tapi apa mau dikata seorang yang dianggap dewasa dan mampu memberi solusi justru mengatakan itu sebelum aku sempat berbicara.
Kamu itu sudah tua, menunggu apalagi? Aku masih tersenyum tak menanggapi, nun di depan sana bunga kuncup seakan malu mendengar perkataan itu- Tapi aku sudah berusaha, Allah belum memberikan ? aku menjawab berharap dia akan diam- Kamu itu terlalu pemilih- aku sekali lagi diam lalu menatap punggungnya dari belakang, dia berlalu begitu saja seolah berkata dan pergi tampa hati..
Aku menunduk, menekuri sandal hitam milikku yang sedikit kotor oleh tanah, Allah apakah sekotor itu hatiku hingga kau masih belum mau memberikan satu saja untukku.... Jika suatu ketika kau beri, aku akan jaga baik-baik ya Allah.
Jika saja aku bisa memillih pada siapa jatuh cinta pasti tak akan rumit, tak akan sulit- Tapi aku bisa apa, semua ini di luar kekuasaanku, kata ustadz cinta itu keterpaksaan bukan pilihan, kita tak bisa memilih pada siapa hati akan terpaut. Sekali lagi aku menunduk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Berkomentar