Rabu, 15 Mei 2013

Cerpen:Kang Slamet

 Kang Slamet,begitulah orang memanggilnya tubuhnya tinggi kurus dengan kumis tipis dan kulit hitam terbakar matahari.

Sehari hari ia berjulan mainan di Sekolah Dasar ia sering mendapatkan perkataan yang tidak menyenangkan terutama dari orang tua yang tidak setuju anaknya membeli mainan seharga seribu dua ribu itu.

“Jangan beli mainan,buat apa? dirumah sudah banyak,paling hanya kamu buang saja”demikian seorang ibu memarahi anaknya siang itu di Sekolah Dasar Duabelas Pekanbaru.

 Tapi,kang Slamet hanya tersenyum sabar saat sang anak tak jadi membeli mainan.Atau adalagi saat kang slamet cerita kalau ia mendapat uang sepuluh ribu rupah yang tidak layak lagi,bentuknya sudah tidak karuan lagi dan entah masih laku apa tidak kalau dibelanjakan lagi,saat ditanya

”kenapa kamu terima kang,uang kayak gitu”sambil tersenyum kang Slamet menjawab

”aku ga enak,man.Sudah langganan,lagian kasihan juga”begitu jawab kang Slamet saat ditanya.

Ya,kang Slamet memang sabar,ia dengan teleten akan melayani permintaan anak anak kecil yang membeli mainannya,diterimanya uang lima ratus dan seribu tanpa menggeritu sedikitpun.

Darimana kang Slamet ini berasal?saat ditanya katanya dari Lamongan,sejak masih muda sudah merantau.

Dahulu ia bekerja menjadi kuli bangunan di Jakarta ia betah dua tahun disana,kemudian pindah ke Pekan baru hingga saat ini ,sudah dua belas tahun lebih kang Slamet tidak pulang kampung.

Dahulu di jakarta dua tahun dia bisa pulang ke kampung halaman,sekarang duabelas tahun kang Slamet baru pulang.

Alasan kang Slamet tidak pulang karena orang tuanya sudah meninggal waktu ditanya jawabnya begini

”buat apa pulang to,mas.selain orang tua sudah nggak ada,anak istri ada disini,saudara pun bekerja disini juga”begitu jawab kang Slamet saat ditanya kenapa sangat lama tidak pulang kampung.

Tiap hari kang Slamet jualan mainan dengan sepeda motor gl pro tahun 1997 nya warna hitam,motor itu sudah butut dan tidak diurus lagi pajaknya,alasannya kalau orang jualan tidak ditilang polisi,kenyataanya memang begitu di Pekanbaru,kalau kelihatan berjualan meski ada razia pasti disuruh jalan.

Mungkin Pemerintah kota Pekanbaru kasihan pada masyarakat kecil yang berjuang mencari rejeki.Oh iya kang Slamet mempunyai satu anak laki laki yang berumur tiga tahun.ia selalu kelihatan ceria kalau sudah membicarakan anaknya,mungkin sudah wajar orang tua sayang pada anaknya,itu kata orang tapi,pada kenyataannya banyak orang tua yang tega pada anak kandungnya sendiri seperti yang sering disiarkan di tipi tipi itu,bahkan ada orang tua yang tega membunuh anak kandungnya sendiri sebuah perilaku yang sudah tidak mencerminkan manusia lagi,hewan saja tidak akan membnuh anaknya,eh ini manusia malah membunuh anaknya entah sebutan apa yang cocok untuk orang seperti itu.

Kata kang Slamet berjualan mainan di Sekolah Dasar banyak suka dukanya,sukanya sudah pasti kalau dangangannya laris manis,dukanya saat mendengar orang tuanya mengatakan beli mainan mubadzir,hanya dibuang buang.

Atau adalagi gini,saat jualan kang Slamet ramai tapi malah banyak anak yang tidak membayar,biasanya anak anak ini memanfaatkan situasi saat kang slamet legah,baru kemudian mengambil mainan dan langsung pergi.

Pernah pada suatu hari ada anak yang ketahuan,tapi bukannya marah kang Slamet malah pura pura tidak melihat,katanya kalau dimarahi ia kasihan pada anak itu,mungkin kang Slamet ingat masa kecilnya yang memang tidak bisa dikatakan kecukupan,untuk mainan saja ia harus membuat sendiri karena orangtuanya tidak ada uang untuk membelikan,ia tahu keadaan orang tuanya dan tidak berani memksa membelikan,akhirnya saat kawan kawannya bermain dengan mobil mobilan baru kang Slamet bisa ikut bermain dengan mobil mobilan yang ia buat sendiri dari kulit jeruk.

Untuk masalah Pendidikan pun kang Slamet hanya bisa sampai Sekolah Menengah Pertama saja karena selepas ia lulus ayahnya meninggal dunia,disusul ibunya satu tahun kemudian.

Karena keadaan itulah kang Slamet merantau meninggakan desanya menuju Jakarta karena ia tak mau menjadi beban bagi orang lain,pekerjaan yang kang Slamet dapat adalah kuli bangunan,ia mendapatkan pekerjaan itu dari kang Parjo tetangganya yang sudah duapuluh tahun bekerja sebagai kuli bangunan,awalnya kang Slamet tidak kerasan tinggal dijakarta yang orang orangnya tak ramah,hanya memperdulikan urusan sendiri, tak mahu tahu urusan orang lain

 Kang Slamet pernah melihat saat naik bus ada Mbak mbak yang dompetnya dicopet orang yang duduk dibangku belakangnya tahu kalau Mbaknya kecopetan tapi hanya diam saja,akhirnya kang Slamet berteriak copet eh bukannya copet itu yang ditangkap eh malah kang Slamet yang diteriakin copet oleh si pencopet akhirnya kang Slamet babak belur dipukuli orang.

Kang slamet selamat karena kebetulan ada Polisi yang berada didekat situ,kang slamet bebas karena ia memang tak bersalah disamping tak ditemukan dompet itu di sakunya.kang Slamet menyayangkan kok begitu mudahnya orang sebanyak itu terpengaruh,akhirnya kang Slamet pindah ke Pekanbaru diajak kakaknya yang juga berjualan mainan disana.

Demikianlah,sampai cerita ini ditulis kang Slamet masih tekun berjualan mainan,katanya apapun pekerjaanya yang penting halal,tidak seperti para wakil rakyat yang katanya membela rakyat tapi,pada kenyataannya malah banyak yang korupsi.Kang Slamet selalu berusaha memberikan rizqi yang halal untuk keluarganya,karena kang Slamet sadar sebagai seorang pemimpin ia harus mempertanggung jawabkan semuanya dihadapan Allah,meskipun yang dipimpin hanya keluarga kecilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Berkomentar