Kamis, 02 Oktober 2014

Awal Aku Menyadari Tentang Kemampuanku,Ternyata Aku Belum Ada Apa-Apanya...

Kadang kita merasa menjadi orang yang paling segalanya,paling kuat,paling cakep,paling hebat dan paling –paling yang lain,kitalah manusia super yang tak terkalahkan yang semua omongannya harus didengarkan,kalau tidak...kalau tidak kenapa? saat itulah kita kebingungan menjawabnya.

Sifat yang terlalu sombong dan tinggi hati pernah aku rasakan dulu ketika aku kelas enam SD sampai kelas tiga SMP,aku merasa menjadi orang yang paling berkuasa,paling benar sendiri juga paling kuat,aku tak menyadari kalau kekuatan itu didapatkan dari hasil latihan yang tekun dan teratur,tak bisa datang begitu saja seperti difilm film itu.

Aku hanyalah anak muda tanggung yang sok dengan dirinya sendiri,hingga suatu kejadian menyadarkan aku tentang siapakah aku sesungguhnya dan sejauh mana kemampuanku.

Ini bukan tentang mengajarkan  untuk menjadi minder dengan diri sendiri,tidak.Ini hanya mengajarkan untuk adil menilai diri sendiri agar tak terperangkap dalam tempurung kesombongan,merasa diri paling segalanya namun nyatanya kemampuannya hanya sedikit.

Aku merasakan pukulan pertama saat menjalani MOS di awal masuk SMK MUHAMMADIYAH 4 WONOGIRI,saat itu aku dan teman temanku dibentak bentak dengan kata yang kasar,disuruh ini disuruh itu tanpa berani membantah,ah rupanya aku hanyalah singa berhati kelinci...berkoar koar berani namun saat dibentak terdiam tak berani unjukkan diri.

Yang kedua adalah ketika aku dipalak oleh kakak tingkat,aku hanya bisa menyerahkan uangku tanpa berani mempertahankan,alangkah memalukannya aku,menganggap paling kuat namun dihadapan muka dan gaya yang sangar diam tak berkata,aku malu,malu sekali.

Dan yang ketiga adalah ketika aku mengikuti ekstra beladiri di sekolah,Tapak Suci.Aku mengikuti itu karena ingin mengubah sikapku yang bermental kelinci menjadi lebih berani,melewati empat kali latihan aku mulai percaya diri dan lagi-lagi kesombonganku datang,aku merasa sudah menajdi jawara padahal apa yang aku kuasai barulah dasar dasar saja,sama sekali belum apa apa.

Saat yang menjadi titik balik itu datang ketika pelatih kami meminta untuk “Sabung”duel satu lawan satu,semua sasaran boleh dikenai kecuali kepala dan kemaluan,kami bertanding tanpa pelindung.

Dengan penuh percaya diri aku melangkah ketengah arena,aku menganggap akan mudah mengalahkan lawanku yang pendek itu,namun aku salah ternyata dia sangat ahli dan gerakannya sangat cepat,banyak gerakan yang dia kuasai,aku tak berdaya hanya mampu sesekali menyerang dan bertahan,pukulan bisa aku tangkis,saat ada yang lolos dan mengenai tubuhku aku masih bisa bertahan,namun semua itu berakhir ketika sebuah tendangan memutar tepat mengenai  ulu hatiku.

Aku terkapar nyaris pingsan,bernafas saja sulit sekali,aku hanya bisa menarik napas sambil tersengal sengal,untunglah pelatih memberikan pertolongan hingga aku tak kesulitan untuk bernafas.
Aku bisa bangun kembali,dan saat lawanku menyalamiku aku menyambutnya dan dalam hati mengakui kehebatannya.

Aku tak malu dengan kekalahanku,selain karena sebelum masuk Tapak Suci dia ternyata sudah pernah mengikuti perguruan lain juga karena dengan adanya pertandingan ini aku bisa tahu siapakah aku dan apa saja yang bisa aku lakukan.Aku mulai bisa mengenali diri sendiri.

Ternyata aku belum ada apa apanya,jadi selama ini apa yang aku sombongkan?entahlah mungkin selama ini hatiku tertutup hingga aku tak mampu melihat kedalam hatiku sendiri,mengenali apa yang bisa dan tak bisa aku lakukan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Berkomentar