Pengalaman pertama
merantau pertama itu sangat berkesan,rasanya tidak nyaman dan menyedihkan harus
berpisah sekian lama dengan kampung halaman tercinta dan orang orang terdekat
untuk mencari uang dipulau lain atau tempat lain yang jauh,saat Bus atau kendaraan
lain datang menjemput air mata pun mengalir meski sekuat tenaga ditahan,kalau
bisa ingin rasanya membatalkan saja dan kembali diantara sanak saudara tapi
kalau ingat tujuan utama ingin mengubah nasib mau tak mau dikuatkan hati dan
berangkat meski dengan kesedihan yang menyesakkan dada.
Sepanjang perjalanan
terkenang dengan tiap detik kebersamaan yang dijalani dikampung halaman,tawa
dengan teman teman,kasih sayang tulus orang tua yang kadang baru terasa saat
berjauhan,perlahan pandangan mata diarahkan keluar mencoba mengalihkan sejenak
kesedihan pada pemandangan diluar sana,tapi tetap tidak bisa keindahannya
seakan tertutup oleh perasaan yang campur aduk,terbayang sekian lama waktu yang
memisahkan baru kembali lagi kerumah tercinta,alangkah lamanya pertemuan
itu,bagi yang mempunyai kekasih pasti perasaanya akan lebih mengharu biru.
Perjalanan sungguh tidak
menyenangkan,apalagi kalau harus terhenti karena macet,panas,sumpek,dan bau
keringat,alangkah nyamannya kalau bisa sejenak berpindah kekampung diantara hijaunya
alam dan segarnya udara pegunungan tapi itu hal yang tidak mungkin,yang ada
didepan adalah perjuangan di tanah rantau dengan keadaan yang belum pasti,semua
perasaan bercampur jadi satu membuat kegelisahan menjadi jadi,kalau bisa
rasanya ingin tidur saja dan kalau bangun sudah sampai,harapan yang sulit
terkabul,bagaimana bisa tidur dengan perasaan seperti itu?akhirnya hanya
merenung dan membiarkan angan mengembara untuk membunuh waktu karena yang bisa
bergerak bebas tanpa halangan hanyalah angan kita.
Perjalanan semakin
membosankan,kendaraan yang melaju diatas 80 km perjam terasa sangat
lambat,ingin rasanya ikut menginjak pedal das agar bisa melaju lebih cepat,huh kapan sampainya kalau
begini?kemudian berulang ulang berganti posisi duduk.jangan membandingkan jaman
dulu dengan sekarang,dulu kita tidak bisa membagi keresahan lewat telepon atau
sms, hanya
bisa duduk diam saja sambil merenung,seakan akan kita dihadapkan pada kenyataan
tentang siapa kita sebenarnya.
Kita yang mau tak mau harus
mandiri,ah alangkah rindnya pada ibu dan ayah,tapi perasaan itu harus ditekan
meski tidak mudah.lama kelamaaan akhirnya sampai juga ditempat tujuan yang
terasa asing,orang orang bercakap cakap dengan logat yang aneh jauh dari kesan
ramah,ini kah tanah rantau itu?dengan sasana yang seperti ini bagaimana mereka
bisa bertahan sekian tahun?aku tidak tahu jawabannya,karena sekarang aku
dihadapkan pada jawabanya tapi aku harus menjalani dulu untuk menemukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Berkomentar