Minggu, 27 April 2014

Perasaan Ketika Pertama Merantau

Pengalaman pertama merantau pertama itu sangat berkesan,rasanya tidak nyaman dan menyedihkan harus berpisah sekian lama dengan kampung halaman tercinta dan orang orang terdekat untuk mencari uang dipulau lain atau tempat lain yang jauh,saat Bus atau kendaraan lain datang menjemput air mata pun mengalir meski sekuat tenaga ditahan,kalau bisa ingin rasanya membatalkan saja dan kembali diantara sanak saudara tapi kalau ingat tujuan utama ingin mengubah nasib mau tak mau dikuatkan hati dan berangkat meski dengan kesedihan yang menyesakkan dada.

Sepanjang perjalanan terkenang dengan tiap detik kebersamaan yang dijalani dikampung halaman,tawa dengan teman teman,kasih sayang tulus orang tua yang kadang baru terasa saat berjauhan,perlahan pandangan mata diarahkan keluar mencoba mengalihkan sejenak kesedihan pada pemandangan diluar sana,tapi tetap tidak bisa keindahannya seakan tertutup oleh perasaan yang campur aduk,terbayang sekian lama waktu yang memisahkan baru kembali lagi kerumah tercinta,alangkah lamanya pertemuan itu,bagi yang mempunyai kekasih pasti perasaanya akan lebih mengharu biru.

Perjalanan sungguh tidak menyenangkan,apalagi kalau harus terhenti karena macet,panas,sumpek,dan bau keringat,alangkah nyamannya kalau bisa sejenak berpindah kekampung diantara hijaunya alam dan segarnya udara pegunungan tapi itu hal yang tidak mungkin,yang ada didepan adalah perjuangan di tanah rantau dengan keadaan yang belum pasti,semua perasaan bercampur jadi satu membuat kegelisahan menjadi jadi,kalau bisa rasanya ingin tidur saja dan kalau bangun sudah sampai,harapan yang sulit terkabul,bagaimana bisa tidur dengan perasaan seperti itu?akhirnya hanya merenung dan membiarkan angan mengembara untuk membunuh waktu karena yang bisa bergerak bebas tanpa halangan hanyalah angan kita.

Perjalanan semakin membosankan,kendaraan yang melaju diatas 80 km perjam terasa sangat lambat,ingin rasanya ikut menginjak pedal das agar bisa melaju lebih cepat,huh kapan sampainya kalau begini?kemudian berulang ulang berganti posisi duduk.jangan membandingkan jaman dulu dengan sekarang,dulu kita tidak bisa membagi keresahan lewat telepon atau sms, hanya bisa duduk diam saja sambil merenung,seakan akan kita dihadapkan pada kenyataan tentang siapa kita sebenarnya.


Kita yang mau tak mau harus mandiri,ah alangkah rindnya pada ibu dan ayah,tapi perasaan itu harus ditekan meski tidak mudah.lama kelamaaan akhirnya sampai juga ditempat tujuan yang terasa asing,orang orang bercakap cakap dengan logat yang aneh jauh dari kesan ramah,ini kah tanah rantau itu?dengan sasana yang seperti ini bagaimana mereka bisa bertahan sekian tahun?aku tidak tahu jawabannya,karena sekarang aku dihadapkan pada jawabanya tapi aku harus menjalani dulu untuk menemukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Berkomentar