Selasa, 04 Maret 2014

Renungan,Tentang Ibu

Ibu,apa yangkalian fikirkan saat mendengar nama itu?

Pernahkah sejenak merenung dan memikirkan akan semua jasa jasanya pada kita,ataukah justru melupakannya saat telah merasa mampu hidup mandiri,kalau demikian alangkah sedihnya ibu kita.
Sembilan bulan sepuluh hari bukan waktu yang singkat tapi,ibu kita menahan sakit dan perasaan tak nyaman karena berharap kalau anak yang akan dilahirkan kelak akan menjadi anak yang berbakti padanya,menyayanginya dan menjaganya kalau suatu saat sang ibu beranjak senja.

Kemudian kita lahir,setelah perjuangan yang teramat berat dari seorang ibu,dipandanginya kita dengan perasaan sayang,dibelainya kepala kita sambil mendoakan yang terbaik,diabaikannya segala sakit kemudian menimang dan memandang sang buah hati dengan sayang.
Kita mulai merepotkannya dengan tangisan dimalam hari karena tak nyaman karena kita pup dicelana ataupun yang lain tapi ibu dengan senyum mengganti popok kita tanpa pernah merasa jijik,semuanya dilakukan dengan ikhlas dan penuh rasa sayang,tak dihiraukannya perasaan capek dan mengantuk demi kita.

Perlahan kita tumbuh besar,merangkak,berjalan meski dengan tertatih tatih namun ibu dengan sabar akan membimbing dengan sangat hati hati jangan sampai kita terjatuh,kemudian tersenyum dengan bahagia saat kita bisa berjalan,beliau dengan bangga akan mengatakan pada para tetangga  kalau anaknya sudah bisa berjalan.

lalu anaknya mulai tumbuh dewasa namun tak pernah beliau mengeluh karena kerewelan kita,dengan sabar melihat kita perlahan tumbuh dan mulai bersekolah lalu kita mulai meminta yang aneh aneh dan marah saat tidak dipenuhi,kita sering memarahi beliau mengapa membelikan ini saja tidak bisa,merengek adalah jalan terbaik agar permintaan dikabulkan,menangis ditempat umum pun dilakukan tanpa pernah mau tahu bagaimana perasaan ibu kita.

Kita pun memasuki usia remaja dan merasa mampu melakukan segalanya sendiri,mulai sering membentak ibunda kalau ada sedikit saja hal yang tidak kita sukai,entah saat meminta uang saku,marah atau ketika masakannya tidak sesuai dengan keinginan kita.

Anak yang disayang kini telah berubah menjadi musuhnya hanya karena ibunda melarang untuk pacaran,kita menuduh ibunda orang yang kolot dan ketinggalan jaman karena tak memberikan kebebasan memilih pacar,lalu lebih patuh dan sayang pada pacar orang yang baru dikenal daripada ibunda yang dengan hati hati menjaga kita semenjak dari kandungan,alangkah teganya kita pada ibunda berani membandingkan kasih sayangnya.

Pernahkah sejenak kita membayangkan bagaimana perasaan ibunda saat anak yang beliau doakan siang dan malam,dijaga dengan hati hati dan dibesarkan dengan penuh pengorbanan menjadi sosok yang tak pernah mendengarkan petuahnya?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Berkomentar