Ibu,apa yangkalian fikirkan saat
mendengar nama itu?
Pernahkah sejenak merenung dan
memikirkan akan semua jasa jasanya pada kita,ataukah justru melupakannya saat telah
merasa mampu hidup mandiri,kalau demikian alangkah sedihnya ibu kita.
Sembilan bulan sepuluh hari bukan
waktu yang singkat tapi,ibu kita menahan sakit dan perasaan tak nyaman karena
berharap kalau anak yang akan dilahirkan kelak akan menjadi anak yang berbakti
padanya,menyayanginya dan menjaganya kalau suatu saat sang ibu beranjak senja.
Kemudian kita lahir,setelah
perjuangan yang teramat berat dari seorang ibu,dipandanginya kita dengan
perasaan sayang,dibelainya kepala kita sambil mendoakan yang
terbaik,diabaikannya segala sakit kemudian menimang dan memandang sang buah
hati dengan sayang.
Kita mulai merepotkannya dengan
tangisan dimalam hari karena tak nyaman karena kita pup dicelana ataupun yang
lain tapi ibu dengan senyum mengganti popok kita tanpa pernah merasa
jijik,semuanya dilakukan dengan ikhlas dan penuh rasa sayang,tak dihiraukannya
perasaan capek dan mengantuk demi kita.
Perlahan kita tumbuh
besar,merangkak,berjalan meski dengan tertatih tatih namun ibu dengan sabar
akan membimbing dengan sangat hati hati jangan sampai kita terjatuh,kemudian
tersenyum dengan bahagia saat kita bisa berjalan,beliau dengan bangga akan
mengatakan pada para tetangga kalau
anaknya sudah bisa berjalan.
lalu anaknya mulai tumbuh dewasa
namun tak pernah beliau mengeluh karena kerewelan kita,dengan sabar melihat
kita perlahan tumbuh dan mulai bersekolah lalu kita mulai meminta yang aneh
aneh dan marah saat tidak dipenuhi,kita sering memarahi beliau mengapa
membelikan ini saja tidak bisa,merengek adalah jalan terbaik agar permintaan
dikabulkan,menangis ditempat umum pun dilakukan tanpa pernah mau tahu bagaimana
perasaan ibu kita.
Kita pun memasuki usia remaja dan
merasa mampu melakukan segalanya sendiri,mulai sering membentak ibunda kalau
ada sedikit saja hal yang tidak kita sukai,entah saat meminta uang saku,marah
atau ketika masakannya tidak sesuai dengan keinginan kita.
Anak yang disayang kini telah berubah
menjadi musuhnya hanya karena ibunda melarang untuk pacaran,kita menuduh ibunda
orang yang kolot dan ketinggalan jaman karena tak memberikan kebebasan memilih
pacar,lalu lebih patuh dan sayang pada pacar orang yang baru dikenal daripada ibunda
yang dengan hati hati menjaga kita semenjak dari kandungan,alangkah teganya
kita pada ibunda berani membandingkan kasih sayangnya.
Pernahkah sejenak kita membayangkan
bagaimana perasaan ibunda saat anak yang beliau doakan siang dan malam,dijaga
dengan hati hati dan dibesarkan dengan penuh pengorbanan menjadi sosok yang tak
pernah mendengarkan petuahnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Berkomentar