Aku ingin bercerita,mahukah kaian
mendengarnya?bukan tentang percintaan atau kisah kesedihan,namun hanyalah kisah
tentang kehidupan yang sederhana,kehidupan desa diantara sawah dan sungai,kalau
kalian ingin mendengarkan duduklah dengan manis,tak perlu kalian merasa was was
kalau kalau ada cerita yang menyeramkan
Duapuluh tahun yng lalu desa kami
sangat asri dengan banyak pohon dan udara yang dingin,kalau malam hari kami ingin
keluar rumah,kami akan memakai jaket atau berkain sarung,dan kalau udara sangat
dingin biasanya kami akan membuat api unggun di pinggir jalan atau di pojok
halaman,obrolan hangat pun terjadi sambil duduk mengelilingi api unggun,biasanya
yang sering dibicarakan adalah masalah tanaman padi dan binatang ternak.
Namun
kalau yang duduk duduk banyak anak mudanya maka obrolan tentu saja menyangkut gadis
remaja,jangan bandingkan dengan sekarang,dulu kalau membicarakan anak gadis,
malunya bukan main apalagi jika yang disinggung kebetulan adalah gadis yang
disukai,kami akan menunduk dan sedikit bicara takut kalau mengatakan sesuatu
yang salah hingga ketahuan kalau menyukainya.
Kalau obrolan agak lama salah seorang
biasanya mempunyai gagasan untuk membuat makanan tak perlu mewah,apa saja yang
ada.Kalau pas adanya jagung kami mengambil jagung,kalau adanya singkong kami
akan mencabutnya dari tempat yang dekat dari kami berkumpul,namun tentu saja
setelah meminta ijin pada yang punya.Pemilik tanaman akan dengan senang hati
mengijinkan tak ada rasa eman kalau hanya untuk dimakan.
Kami juga tidak berlebihan,hanya
akan mengambil seperlunya saja.Kalau haus salah seorang yang rumahnya dekat
akan pulang untuk mengambilkan minuman tak perlu yang manis sekedar air putih
saja sudah cukup.
Keramahan dan kesahajaan petani di
desaku sering kali membuatku takjub,dalam keadaan apapun mereka tetap bekerja
meski hasilnya tidak seberapa,bagi mereka bekerja adalah sebuah
kemuliaan,sekecil apapun kalau itu menyangkut pekerjaan pasti akan sangat
dihargai,para ibu pun mendidik anaknya untuk bekerja,mereka menanamkan prinsip
itu semenjak kecil,sering kali ada anak kecil sudah menyabit rumput atau
mencangkul,terkadang memikul sedikit padi di pundaknya,itu hal yang wajar
dijumpai di desa kami.
Anak anak gadis tak segan untuk turun
kesawah dan membiarkan kulit mereka terkena lumpur,biasanya mereka akan kesawah
kalau musim panen dan tanam tiba,kalau musim panen para wanita yang menyabit
padi dan mengumpulkannya sementara para lelaki bertugas memikul sampai kerumah,kalau
musim tanam para wanita biasanya akan menanam padi yang dinamakan tandur,sementara para laki laki yang
mencabut bibit padi dan mengikatnya agar mudah disebar di tiap bedengan
sawah,kalau didesa kami dinamakan ndaut.
Hal yang paling menyenangkan adalah
saat makan atau sarapan karena biasanya makanan akan diantar kesawah oleh seorang
atau dua orang wanita.Kalau dari jauh kelihatan ada yang berjalan menggendong
bakul dan menenteng ceret atau kendi kami akan memandang dengan tersenyum,sudah
waktunya makan,hidangan yang diantarkan pun sangat sederhana,hanya nasi
putih,sambal,sayur buncis atau gori
dengan gudangan/kleman namun karena kami menyantapnya disawah bersama sama maka
rasanya menjadi sangat nikmat.
Begitulah sedikit cerita hari
ini,sampai ketemu dengan cerita sederhana lainnya ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Berkomentar